Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Ada-ada saja, di tengah-tengah umat, ada saja sekelompok orang bergelar kiai dan ulama dari kaum Aswaja Sekular, beraninya mereka menuduh bahwa Hizbut Tahrir harus dilarang karena dianggap meresahkan umat.
Saya teringat beberapa tahun silam, dimana Idrus Ramli dengan beraninya mengatakan; "Dari beberapa pandangan HT yang bertentangan dengan ajaran al-Qur'an dan Hadis di atas, kiranya kaum muslimin perlu berpikir jernih dengan hati nurani yang paling dalam, hal-hal yang tersembunyi di belakang jargon khilafah dan tegaknya syariat Islam. Tentu kita akan menolak khilafah dan syariat Islam model HT yang akan menebarkan perpecahan, kebencian, kerapuhan akidah dan dekadensi moral atas nama khilafah dan agama". (Majalah Ijtihad, edisi 28, hal 7, Pondok Pesantren Sidogiri).
Kemudian saya membantahnya seperti ini ;
BANTAHAN :
Hizbut Tahrir Akan Menebarkan Perpecahan, Kebencian, Kerapuhan Akidah Dan Dekadensi Moral Atas Nama Khilafah?
Paling tidak ada tiga kebodohan sipenuduh terkait tuduhan miringnya terhadap Hizbut Tahrir ;
Pertama; Tidak memahami fikroh dan thariqah Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwahnya, dan tidak membaca keseluruhan kitab-kitab Hizbut Tahrir yang dalil-dalilnya sangat kuat, dengan istinbath yang tepat dan akurat, dan dengan redaksi yang sederhana dan mudah dinalar.
Kedua; Tidak memahami fakta dan realita sebab-sebab perpecahan, kebencian, kerapuhan akidah dan dekadensi moral. Padahal sebab-sebab tersebut adalah akibat diterapkannya ideologi kapitalisme yang lahir dari akidah sekularisme yang telah melahirkan sistem demokrasi dan kebebasan ala HAM.
Ketiga; Tidak memahami fakta serta realita ketika Rasulullah saw dan para sahabatnya berdakwah di Mekah. Padahal ketika itu keadaan di Mekah memanas. Berbagai rekayasa, dusta, fitnah dan provokasi telah menjadi senjata kaum kuffar Quraisy untuk meggagalkan dakwah Rasulullah saw. Beliau dituduh sebagai tukang sihir dan orang gila. Tidak berhenti sampai di situ, kaum kufar menyiksa dan membunuh para sahabat. Sampai pahitnya hidup akibat pemboikotanpun pernah dirasakan oleh beliau beserta para sahabatnya. Pada akhirnya nyawa beliau menjadi terancam, dan peristiwa ini telah menuntun beliau berhijrah ke Yatsrib.
Kondisi Mekah saat itu benar-banar memanas dan terjadi perpecahan di tengah-tengah masyarakat. Anggota keluarga yang telah menerima dakwah Rasulullah saw dan memeluk Islam dibenci, dimusui bahkan diasingkan oleh keluarga besarnya. Dan telah terjadi kondisi saling mencurigai dan saling memata-matai di antara anggota masyarakat. Semua itu terjadi setelah Rasulullah saw mulai mendakwahkan Islam di sana, dan kondisi itu terus berlangsung selama 13 tahun. Akan tetapi kondisi itu terjadi bukan karena dakwahnya beliau, tapi hanya karena penolakan terhadap dakwah. Mereka yang menolak dakwah membuat rekayasa, dusta, fitnah dan provokasi terhadap para pengemban dakwah, yaitu Rasulullah saw beserta para sahabatnya, pada gilirannya kondisi Mekah memanas akibat terjadinya berbagai benturan akidah, pemikiran, pemahaman dan kepentingan di antara para pengemban dakwah dan mereka yang menolak dakwah.
Kondisi tersebut juga terjadi di berbagai negeri di mana Hizbut Tahrir telah memulai dakwahnya di sana. Maka sebagaimana di Mekah kondisi itu tidak disebabkan oleh dakwah Hizbu Tahrir, tetapi disebabkan oleh rekayasa, dusta, fitnah dan provokasi dari orang-orang yang menolak terhadap dakwah Hizbut Tahrir.
Juga kerapuhan akidah dan dekadensi moral yang terjadi di berbagai belahan dunia, semuanya disebabkan oleh diterapkannya ideologi komunisme dan kapitalisme dengan sejumlah ide dan sistem sesatnya, seperti demokrasi, HAM, pluralisme, sinkretisme dan seambrek isme-isme yang lain. Jusru Hizbut Tahrir datang dalam rangka membebaskan umat manusia dari penghambaan kepada kedua ideologi tersebut menuju penghambaan kepada Allah swt semata, yaitu dengan meyakini, mempraktekkan dan mendakwahkan syariat-Nya, yaitu syariat agama Islam, secara keseluruhan, tidak sepotong-sepotong, apalagi dipotong-potong menjadi beberapa bagian lalu syariat yang sesuai dengan sistem demokrasi dan kebebasan HAM dipraktekkan dan yang tidak sesuai harus dibuang.
Saya sendiri telah merasakan, mendengar dan melihat dengan hati, pendengaran dan penglihatan saya sendiri, betapa kuatnya akidah yang tertanam di dalam dada para syabab dan syabah Hizbut Tahrir, ini terdeteksi dari pengamalan serta perjuangan mereka terhadap syariat Islam, dan betapa tingginya etika dan moral mereka, ini terdeteksi dari keseharian mereka, baik ketika mereka saling berpisah maupun ketika mereka berkumpul, di mana sesuatu yang menjadi masalah utama serta ikatan mereka adalah Islam dan akidah Islam.
Sehingga ketika saya baru masuk ke dalam komunitas mereka, saya merasakan berada di tengah-tengah komunitas orang-orang shaleh dan para hamba Allah yang mempersembahkan kehidupannya untuk meninggikan kalimatNya. Saya tidak merasakan kondisi seperti itu sebelumnya.
Apalagi ketika saya menyaksikan ratusan atau ribuan Liwa (Liwaul Hamdi; bendera putih bertuliskan dua kalimat tauhid Laa ilaha illallaoh, Muhammadur Rasululloh berwarna hitam) dan Rayah (Royatul 'Uqab; bendera hitam bertuliskan dua kalimat tauhid berwarna putih) berkibar, juga saya tidak melihat pemandangan itu sebelumnya. Sampai-sampai di bulan Ramadlan saya bermimpi mengaji kepada Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani dan bermimpi melihat khilafah berdiri dengan kibaran Liwa dan Royah menyelimuti dunia. Maka saya selalu berdoa kepadaNya agar saya tidak mati sebelum menyaksikan berdirinya khilafah ala minhajin nubuwwah. Aamiin …
Komentar
Posting Komentar