Langsung ke konten utama

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
 
Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.
 
Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.
 
Pertama: Ulama akhirat
 
Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya.

Mengenai mereka, Rasulullah saw bersabda:
 اَلْعُلَمَاءُ مَصَابِيْحُ الْأَرْضِ وَخُلَفَاءُ الْأَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِي وَوَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ .
“Ulama adalah lentera dunia, penerus (khalifah) para nabi, pewarisku dan pewaris para nabi”. HR Ibnu Ady pada kitab al-Kaamil dari Aly ra.
Pada hadits ini para khalifah termasuk ulama akhirat.

Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ تُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوْا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .
“Ulama adalah pewaris para nabi, mereka dicintai penduduk langit, dan ketika mereka mati dimintakan ampulan oleh ikan-ikan di laut sampai hari kiamat”. HR Ibnu al-Najjar dari Anas ra.

Dan sabdanya:
 اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ .
“Ulama adalah kepercayaan Allah swt atas makhluk-Nya”. HR al-Qadlabi dan Ibnu Asakir dari Anas ra.

Dan sabdanya:
 اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ أُمَّتِي .
“Ulama adalah kepercayaan umatku”. HR al-Daylami dalam kitab Musnad al-Firdaus.

PEMBAGIAN ULAMA AKHIRAT
 
Ulama akhirat itu terbagi menjadi tiga bagian:
 
Pertama;  al-Muhaddits (pakar hadits), yaitu orang yang mengerti kondisi perawi hadits kuat atau lemahnya, hadits yang diriwayatkan shahih atau tidaknya, dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu hadits.
 
Kedua:  al-Mufassir (pakar tafsir), yaitu orang yang mengerti makna setiap ayat dan tujuan ayat dari hukum-hukum syariat dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu tafsir.
 
Ketiga;  al-Faqiih (pakar fikih), yaitu orang yang mengerti hukum-hukum syariat dari nash dan istinbathnya. Sedang yang dikehendaki disini adalah orang yang menghasilkan sebagian fikih untuk memahami fikih yang lainnya.
Dan tidak termasuk ulama adalah pakar nahwu dan sharof, pakar bahasa dan teologi (ilmu kalam), tetapi mereka hanyalah aalimuun, yaitu orang-orang yang mengerti ilmu nahwu, sharof, bahasa dan teologi. (lihat kitab Fathul Mu’in, bab washiat kepada ulama).

ULAMA AKHIRAT ADALAH PARA PENGEMBAN DAKWAH
 
Dakwah sendiri ialah usaha dengan mencurahkan segenap kemampuan untuk menyebarkan agama Islam, baik akidah, syariat atau akhlak. Dan ulama akhirat adalah para pengemban dakwah, karena Islam tidak akan pernah sampai kepada kita tanpa adanya dakwah dari para ulama. Jadi ulama akhirat itu berdakwah kepada akidah Islam, syariat Islam dan akhlak Islam. Kesimpulan ini dapat dipahami dari sejumlah fakta berikut:
 
Pertama:  Ulama adalah pewarits (penerus) para nabi as. Sedang para nabi itu tidak mewariskan harta benda, tetapi hanya mewariskan ilmu agama. Sedang dakwah itu hanya bisa dilakukan dengan ilmu, maka ulama adalah pengemban dakwah.
 
Kedua:  Ulama adalah hujah Allah di atas bumi-Nya atas makhluk-Nya. Sedangkan hujah itu tidak dapat tegak kecuali melalui lisan yang menyeru dengan fikih, ilmu dan kemampuan. Dengan demikian, ulama itu lebih layak untuk berdakwah daripada manusia yang lain.
 
Ketiga:  Ulama adalah ahlul halli wal aqdi diantara umat, dan mereka adalah ulil amri yang wajib ditaati.

Dalam hal ini Allah swt berfirman:
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada al-Rasul dan ulil amri diantara kamu”. QS an-Nisa ayat 59.
 
Imam Mujahid berkata: “Ulil amri adalah ulama dan fuqaha”. Jadi ketika ulama adalah ulil amri, maka wilayah dakwah mereka tentu lebih utama.
 
Keempat:  Ulama adalah kepercayaan Allah dan umat, untuk mengatur kemaslahatan besar umat; agamanya, dunianya dan keamanannya. Maka tentu lebih utama ketika ulama adalah kepercayaan Allah dan umat dalam berdakwah dan urusan dakwah.
 
Kelima:  Ulama adalah ahlu syuro dimana umat mengembalikan semua urusannya dan kemaslahatannya kepada mereka. Ketika ulama dijadikan rujukan musyawarah terkait semua kemaslahatan agama dan dunia umat, maka ketika mereka menjadi ahlu syuro dalam berdakwah dan kepemimpinan dakwah, tentu lebih utama.
 
Keenam:  Ulama adalah para pemimpin (imam) agama. Sedangkan kepemimpinan dalam agama adalah keutamaan besar, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi.

Dalam hal ini Allah swt berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. QS al-Sajadah[32]: 24.
 
Sedangkan kepemimpinan dalam agama itu meniscayakan kepemimpinan dalam dakwah, karena tidaklah ada agama kecuali dengan dakwah, dan tidaklah ada dakwah keculai dengan agama.
 
Ketujuh:  Ulama adalah ahlu dzikir, sedang dzikir itu harus dengan ilmu dan dakwah. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. QS al-Nahel[16]: 43. Maka atas dasar ini, ulama adalah pengemban dakwah.
 
Kedelapan:  Ulama adalah orang-orang utama diantara manusia. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. QS al-Mujaadilah[58]: 11. Sedangkan seutama-utamanya manusia adalah pengemban dakwah.
 
Kesembilan;  Ulama adalah sebaik-baik manusia dan yang paling takut kepada Allah. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ...
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”. QS Fathir[35]: 28. Ketika kondisi ulama seperti itu, maka mereka sangat layak menjadi pengemban dakwah, dan sangat layak menjadi pemimpin dan motifator dalam dakwah.
 
Kesepuluh;  Ulama adalah saksi Allah dimana Allah telah menyaksikan keesaan-Nya kepada mereka, dan telah menggandengkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan kesaksian malaikat-Nya. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
 شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.
 “Allah bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS Ali Imron[3]: 18.
 
Jadi orang-orang yang kondisinya seperti itu, mereka adalah orang-orang yang terpercaya untuk mengemban dakwah, dan sangat utama menjadi pemimpin dan memotifator dalam dakwah.
 
Kedua: Ulama Dunia
Ulama dunia adalah ulama suu’ (ulama yang buruk), atau ulama salathin (ulama pro pemerintah yang fasik, zalim atau kafir).

Tentang mereka Rasulullah saw bersabda:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ الرُّسُلِ مَالَمْ يُخَالِطُوا السُّلْطَانَ وَيُدَاخِلُوا الدُّنْيَا، فَإِذَا خَالَطُوا السُّلْطَانَ وَدَاخَلُوا الدُنْيَا فَقَدْ خَانُوا الرُّسُلَ فَاحْذَرُوْهُمْ . أخرجه الحسن ابن سفيان والعقيلي فى الضعفاء عن أنس رضي الله عنه
“Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak berinteraksi dengan pemerintah dan tidak mencampuri urusan dunia. Lalu ketika mereka telah berinteraksi dengan pemerintah dan telah mencampuri urusan dunia, berarti mereka telah berkhianat kepada para rasul, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”. HR al-Hasan ibnu Sufyan dan al-Uqayli dari Anas ra.

Dan Nabi saw bersabda:
 إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يُخَالِطُ السُّلْطَانَ مُخَالَطَةً كَثِيْرَةً فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَصٌّ . أخرجه الديلمي فى مسند الفردوس عن أبي هريرة رضي الله عنه
“Ketika kamu melihat ada orang alim banyak berinteraksi dengan pemerinrah, maka ketahuilah bahwa dia adalah maling (pencuri)”. HR al-Daylami dari Anas ra.
 
Terkait ulama dunia, Yahya bin Mu’adz sebagai perawi hadits diatas berkata:
يَا أَصْحَابَ الْعِلْمِ قُصُوْرُكُمْ قَيْصَرِيَّةٌ، وَبُيُوْتُكُمْ كِسْرَوِيَّةٌ، وَأَثْوَابُهُمْ ظَاهِرِيَّةٌ، وَأَخْفَافُكُمْ جَالُوْطِيَّةٌ، وَمَرَاكِبُكُمْ قَارُوْنِيَّةٌ، وَأَوَانِيُكُمْ فِرْعَوْنِيَّةٌ، وَمَآثِمُكُمْ جَاهِلِيَّةٌ، وَمَذَاهِبُكُمْ شَيْطَانِيَّةٌ، فَأَيْنَ الشَّرِيْعَةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ ؟!
“Wahai ulama, istana kalian adalah istana kaisar, rumah kalian adalah rumah kisro, pakaian kalian adalah pakaian zhahiri, sepatu (sandal) kalian adalah sepatu Jalut, kendaraan kalian adalah kendaraan Qarun, bejana kalian adalah bejana Fir’aun, dosa kalian adalah dosa jahiliah, dan madzhab kalian adalah madzhab syetan. Lalu dimanakah syariat Nabi Muhammad saw?”.
 
(untuk mendapat ilmu lebih luas terkait ulama akhirat dan ulama dunia beserta tanda-tandanya, saudara bisa membacanya dari kitab al-Ihya’, juz 1, karya Imam Ghazali rh).

PENDALAMAN TOPIK
 
Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa tugas ulama akhirat itu terbagi dua; (1) Mengamalkan ilmu, termasuk mengajarkannya kepada umat, dan (2) Berdakwah kepada Islam, baik akidah, syariat maupun akhlak, dimana semuanya harus Islami, yakni akidah Islam, syariat Islam dan akhlak Islam. Dakwah kepada Islam dapat dilakukan kepada orang-orang non muslim agar mereka memeluk Islam, dan kepada kaum muslim agar mereka menerapkan Islam secara keseluruhan dalam kehidupan, bermasyarakat dan bernegara. Dan dalam melaksanakan dua tugas itu, ulama akhirat sampai mempertaruhkan harta benda dan jiwa raganya, semuanya siap dikorbankan demi meninggikan kalimat (agama) Allah swt. Sampai-sampai terkait ulama akhirat, dalam satu riwayat, Rasulullah saw bersabda:
عُلَمَاءُ أُمَّتِي كَأَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيْلَ ...
“Ulama umatku laksana para nabi dari Bani Israil…”.
 
Para nabi Bani Israil itu banyak yang mati dibunuh oleh umatnya, termasuk oleh penguasa saat itu, mereka juga berbenturan langsung dengan penguasa, mereka dikejar, dipenjara dan disiksa. Jadi hadits ini terkait kondisi ulama akhirat yang seperti kondisi para nabi Bani Israil. Sedang hadits diatas sana, bahwa ulama adalah pewaris para nabi, maka hadis itu hanya terkait dengan ilmunya, yaitu mewarisi ilmu para nabi.
 
Dalil-dalil terkait dakwah dengan berbagai rinciannya sudah sangat jelas, dimana baik al-Qur’an maupun as-Sunnah telah menjelaskannya dalam banyak ayat dan banyak hadits, maka disini saya tidak perlu menuturkannya, karena tulisan ini bukan topik dakwah. Itulah dua tugas ulama akhirat yang membedakannya dari ulama dunia.
 
Sedangkan ulama dunia, maka mereka tidak akan bisa menjalankan dua tugas tersebut secara sempurna. Karena meskipun aktifitas mereka adalah mengajarkan ilmu, tetapi hanya sebatas profesi untuk mendatangkan rizki atau warisan dari orang tuanya. Kondisi ini terdeteksi ketika mereka diajak berdakwah kepada penerapan syariat Islam secara sempurna, maka mereka menolaknya dengan berbagai alasan yang menunjukkan bahwa mereka adalah para penakut, takut ini dan takut itu.
 
Sebagian ulama dunia (seperti dagambarkan oleh Nabi saw diatas) justru berinteraksi dengan penguasa yang fasik, zalim atau kafir, karena tidak menerapkan hukum-hukum syariat Islam dalam pemerintahannya. Dan terlibat dalam pemilihan serta pengangkatan para penguasa tersebut. Ujung-ujungnya ya juga untuk menarik rizki. Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau Nabi saw menyebut mereka sebagai maling, karena uang pemerintah itu adalah dari rakyat atau uang rakyat, lalu para ulama dunia itu mengambilnya tanpa seizin dari rakyat Jadi mereka adalah maling.
 
Lebih parah lagi, sebagian ulama dunia justru bekerjasama dengan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kaum muslim dalam menghalangi dakwah menuju penerapan Islam secara total melalui penegakkan khilafah rasyidah mahdiyyah. Mereka menjadi agen-agen Barat yang kafir dalam menolak tegaknya syariat Islam dengan berbagai cara, dan dalam mendakwahkan akidah kafir seperti sekularisme, syariat kafir seperti demokrasi, dan akhlak kafir seperti HAM, pluralisme, sinkretisme dll. juga dengan berbagai cara. Bahkan akhir-akhir ini mereka telah berani mengganti dalil-dalil syariat yang telah disepakati oleh semua ulama ASWAJA, yaitu al-Qur’an, al-Hadits, al-Ijmak dan al-Qiyas, diganti dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jadi empat dalil syariat diganti dengan empat pilar kebangsaan. Keterlaluan. Ujung-ujungnya juga ya demi menarik rizki haram dengan cara haram.
 
Kalimat terakhir yang mengumpulkan semua karakter ulama dunia adalah; “Mereka, para ulama dunia itu telah menjual agama dengan materi dunia yang sedikit”.
 
Akhir kata, ulama yang Ahlussunnah Waljama’ah adalah ulama akhirat, bukan ulama dunia. Maka berhati-hatilah terhadap ulama dunia. Jangan sampai mereka menipu dan menyesatkan anda… Allahu Akbar Walillahil Hamd…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...