Langsung ke konten utama

JANGAN SALAH MENDEFINISIKAN ULAMA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Tidak sedikit dari saudara-saudara kita yang mencampur aduk antara definisi ulama dan sifat-sifat ulama. Ketika mereka ditanya, siapakah ulama, maka mereka menjawab, ulama adalah orang yang takut kepada Allah. Padahal takut kepada Allah adalah salah satu dari sifat- sifat ulama, bukan definisi ulama. Akhirnya tidak jauh beda dari orang buta yang ditanya tentang gajah ...

DEFINISI ULAMA:
 
Al-‘ulama’ ( العلماء) secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim (العليم), yaitu orang yang memiliki ilmu atau yang maha mengerti, seperti kata al-kariim ( الكريم) menjadi al-kuroma’ ( الكرماء) dan al-amiin ( الأمين) menjadi al-umana’ ( الأمناء). Adapun kata al-‘aalim ( العالم), maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam ( العلام), sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun ( العالمون). Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.
 
Ulama itu hanya terdiri dari tiga kelompok pakar:
Pertama;  al-Muhaddits (pakar hadits), yaitu orang yang mengerti kondisi perawi hadits kuat atau lemahnya, hadits yang diriwayatkan shahih atau tidaknya, dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu hadits.
 
Kedua:  al-Mufassir (pakar tafsir), yaitu orang yang mengerti makna setiap ayat dan tujuan ayat dari hukum-hukum syariat dan lain-lain, dari perkara yang berhubungan dengan ilmu tafsir.
 
Ketiga;  al-Faqiih (pakar fikih), yaitu orang yang mengerti hukum-hukum syariat dari nash dan istinbathnya. Sedang yang dikehendaki disini adalah orang yang menghasilkan sebagian fikih untuk memahami fikih yang lainnya.

Maka tidak termasuk ulama adalah pakar nahwu dan sharof, pakar bahasa dan teologi (ilmu kalam), tetapi mereka hanyalah aalimuun, yaitu orang-orang yang mengerti ilmu nahwu, sharof, bahasa dan teologi. (lihat kitab Fathul Mu’in, bab washiat kepada ulama).

SIFAT-SIFAT ULAMA:

Sifat - sifat ulama adalah perkara yang membedakan antara ulama akhirat (ulama shalihiin/ ulama yang baik) dan ulama dunia (ulama suu' / ulama yang buruk). Ketika ulama memiliki sifat-sifat yang baik, maka mereka itu ulama akhirat yang baik. Tetapi ketika mereka memiliki sifat-sifat yang buruk, maka mereka itu ulama dunia yang buruk. Sifat - sifat ulama itu bisa terlihat dari aktivitas-aktivitas nya, baik yang baik maupun yang buruk.

SIFAT-SIFAT ULAMA AKHIRAT:

Pertama, lentera dunia, khalifah para nabi, pewaris Nabi SAW dan pewaris para nabi. Mengenai mereka, Rasulullah saw bersabda:
 اَلْ عُلَمَاءُ مَصَابِيْحُ الْأَرْضِ وَخُلَفَاءُ الْأَنْبِيَاءِ وَوَرَثَتِي وَوَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ .
“Ulama adalah lentera dunia, penerus (khalifah) para nabi, pewarisku dan pewaris para nabi”. HR Ibnu Ady didalam kitab al-Kaamil dari Aly ra. Dan sabdanya:
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ تُحِبُّهُمْ أَهْلُ السَّمَاءِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْحِيْتَانُ فِى الْبَحْرِ إِذَا مَاتُوْا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .
“Ulama adalah pewaris para nabi, mereka dicintai penduduk langit, dan ketika mereka mati dimintakan ampulan oleh ikan-ikan di laut sampai hari kiamat”. HR Ibnu al-Najjar dari Anas ra.

Kedua, kepercayaan Allah dan umat Nabi SAW. Nabi SAW bersabda:
 اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ اللهِ عَلَى خَلْقِهِ .
“Ulama adalah kepercayaan Allah swt atas makhluk-Nya”. HR al-Qadlabi dan Ibnu Asakir dari Anas ra. Dan sabdanya:
 اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ أُمَّتِي .
“Ulama adalah kepercayaan umatku”. HR al-Daylami dalam kitab Musnad

Ketiga:  Ulama adalah ahlulhalli wal'aqdi diantara umat, dan mereka adalah ulil amri yang wajib ditaati. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Taatlah kamu kepada Allah, taatlah kamu kepada al-Rasul dan ulil amri diantara kamu”. QS an-Nisa ayat 59.
 
Imam Mujahid berkata: “Ulil amri adalah ulama dan fuqaha”.
 
Keempat:  Ulama adalah para pemimpin (imam) agama. Sedangkan kepemimpinan dalam agama adalah keutamaan besar, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar, dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami”. QS al-Sajadah[32]: 24.
 
Kelima:  Ulama adalah ahlu dzikir, sedang dzikir itu harus dengan ilmu. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. QS al-Nahel[16]: 43.
 
Keenam:  Ulama adalah orang-orang utama diantara manusia. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ...
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”. QS al-Mujaadilah[58]: 11.
 
Ketujuh;  Ulama adalah yang paling takut kepada Allah. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ...
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”. QS Fathir[35]: 28.
 
Kedelapan;  Ulama adalah saksi Allah dimana Allah telah menyaksikan keesaan-Nya kepada mereka, dan telah menggandengkan kesaksian mereka dengan kesaksian-Nya dan kesaksian malaikat-Nya. Dalam hal ini Allah swt berfirman:
 شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ.
 “Allah bersaksi bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS Ali Imron[3]: 18.

Kesembilan: Pengemban dakwah kepada penerapan syariah secara total melalui penegakkan khilafah rasyidah mahdiyyah. Sifat pengemban dakwah ini adalah konsekuensi dari delapan sifat diatas nya. Dalil-dalil wajibnya berdakwah, menerapkan syariah Islam secara total,  dan penegakan khilafah semuanya sudah sangat jelas sehingga tidak perlu saya sampaikan di sini. 
 
SIFAT-SIFAT ULAMA DUNIA:

Pertama: Ulama dunia adalah ulama suu’ (ulama yang buruk), atau ulama salathin (ulama pro pemerintah yang fasik, zalim atau kafir). Tentang mereka Rasulullah saw bersabda:
اَلْعُلَمَاءُ أُمَنَاءُ الرُّسُلِ مَالَمْ يُخَالِطُوا السُّلْطَانَ وَيُدَاخِلُوا الدُّنْيَا، فَإِذَا خَالَطُوا السُّلْطَانَ وَدَاخَلُوا الدُنْيَا فَقَدْ خَانُوا الرُّسُلَ فَاحْذَرُوْهُمْ . أخرجه الحسن ابن سفيان والعقيلي فى الضعفاء عن أنس رضي الله عنه
“Ulama adalah kepercayaan para rasul selama mereka tidak berinteraksi dengan pemerintah dan tidak mencampuri urusan dunia. Lalu ketika mereka telah berinteraksi dengan pemerintah dan telah mencampuri urusan dunia, berarti mereka telah berkhianat kepada para rasul, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka”. HR al-Hasan ibnu Sufyan dan al-Uqayli dari Anas ra.

Dan Nabi saw bersabda:
 إِذَا رَأَيْتَ الْعَالِمَ يُخَالِطُ السُّلْطَانَ مُخَالَطَةً كَثِيْرَةً فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَصٌّ . أخرجه الديلمي فى مسند الفردوس عن أبي هريرة رضي الله عنه
“Ketika kamu melihat ada orang alim banyak berinteraksi dengan pemerinrah, maka ketahuilah bahwa dia adalah maling (pencuri)”. HR al-Daylami dari Anas ra.
 
Terkait ulama dunia, Yahya bin Mu’adz sebagai perawi hadits diatas berkata:
يَا أَصْحَابَ الْعِلْمِ قُصُوْرُكُمْ قَيْصَرِيَّةٌ، وَبُيُوْتُكُمْ كِسْرَوِيَّةٌ، وَأَثْوَابُهُمْ ظَاهِرِيَّةٌ، وَأَخْفَافُكُمْ جَالُوْطِيَّةٌ، وَمَرَاكِبُكُمْ قَارُوْنِيَّةٌ، وَأَوَانِيُكُمْ فِرْعَوْنِيَّةٌ، وَمَآثِمُكُمْ جَاهِلِيَّةٌ، وَمَذَاهِبُكُمْ شَيْطَانِيَّةٌ، فَأَيْنَ الشَّرِيْعَةُ الْمُحَمَّدِيَّةُ ؟!
“Wahai ulama, istana kalian adalah istana kaisar, rumah kalian adalah rumah kisro, pakaian kalian adalah pakaian zhahiri, sepatu (sandal) kalian adalah sepatu Jalut, kendaraan kalian adalah kendaraan Qarun, bejana kalian adalah bejana Fir’aun, dosa kalian adalah dosa jahiliah, dan madzhab kalian adalah madzhab syetan. Lalu dimanakah syariat Nabi Muhammad saw?”.
 
Kedua: Ulama dunia adalah tukang fitnah. Tentang mereka Rasulullah saw bersabda :
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : يوشك أن يأتي على الناس زمان لا يبقى من الإسلام إلا اسمه ولا يبقى من القرآن إلا رسمه مساجدهم عامرة وهي خراب من الهدى علماءهم شر من تحت أديم السماء من عندهم تخرج الفتنة وفيهم تعود . رواه البيهقي في شعب الإيمان
"Hampir-hampir akan datang kepada manusia suatu zaman dimana tidak tersisa dari Islam kecuali namanya, dan tidak tersisa dari Alqur'an kecuali tulisannya. Masjid-masjid mereka ramai dan megah, tetapi kosong dari petunjuk. Dan ulama mereka seburuk-buruk makhluk di bawah kolong langit. Dari (mulut-mulut) ulama-lah akan keluarnya fitnah, dan kepada ulama-lah akan kembalinya (bahaya) fitnah". (HR Imam Baihaqi, Syu'ubul Iman, 4/424, Syamilah).

Ketiga: Ulama dunia adalah ulama munafik yang sangat kentara dalam menolak dakwah kepada penerapan syariah dan khilafah.
Mereka ulama dunia (seperti dagambarkan oleh Nabi saw diatas) justru berinteraksi dengan penguasa yang fasik, zalim atau kafir, karena tidak menerapkan hukum-hukum syariat Islam dalam pemerintahannya. Dan terlibat dalam pemilihan serta pengangkatan para penguasa tersebut. Ujung-ujungnya ya untuk menarik duit. Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau Nabi saw menyebut mereka sebagai maling, karena uang pemerintah itu adalah dari rakyat atau uang rakyat, lalu para ulama dunia itu mengambilnya tanpa seizin dari rakyat.
 
Lebih parah lagi, sebagian ulama dunia justru bekerjasama dengan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kaum muslim dalam menghalangi dakwah menuju penerapan Islam secara total melalui penegakkan khilafah rasyidah mahdiyyah. Mereka menjadi agen-agen Barat yang kafir dalam menolak tegaknya syariat Islam dengan berbagai cara, dan dalam mendakwahkan akidah kafir seperti sekularisme, syariat kafir seperti demokrasi, dan akhlak kafir seperti HAM, pluralisme, sinkretisme dll. juga dengan berbagai cara. Bahkan akhir-akhir ini mereka telah berani mengganti dalil-dalil syariat yang telah disepakati oleh semua ulama ASWAJA, yaitu al-Qur’an, al-Hadits, al-Ijmak dan al-Qiyas, diganti dengan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jadi empat dalil syariat diganti dengan empat pilar kebangsaan. Keterlaluan. Ujung-ujungnya juga ya demi menarik uang haram dengan cara haram.

Wallahu a'lam bishshawwaab
Anda setuju, tinggalkan jejak dan sebarluaskan!
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...