Langsung ke konten utama

PLURALISME


Bantahan Terhadap Ide Pluralisme Agama;

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Pluralisme agama adalah suatu paham yang menganggap semua agama adalah sama dan kebenaran setiap agama adalah relative [nisbiy], karena itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agama saja yang benar, sedangkan agama yang lain salah. Secara historis paham pluralisme itu bukan berasal dari umat Islam, namun dari orang-orang Barat kristen, yang telah men. Misalnya pada tahun 1527 M. di Paris terjadi peristiwa yang disebut The St. Barthalomens Day's Massacre. Pada suatu malam ditahun itu, sebanyak 10000 [sepuluh ribu] jiwa orang Protestan dibantai oleh orang Katolik. Peristiwa mengerikan yang semacam itulah yang kemudian mengilhami revisi Teologi Katolik dalam konsili Vatikan II [1962-1965 M.]. Semula diyakini; "Tidak ada keselamatan diluar Gereja". Lalu keyakinan itu diubah menjadi; "Keselamatan dan kebenaran itu bisa saja diluar Gereja", yakni diluar agama Katolik atau Protestan.

Jadi, paham pluralisme agama ini tidak memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Islam, tetapi diimpor dari kaum Kristen Eropa dan Amerika Serikat. Misalnya, salah seorang dari mereka berpendapat bahwa semua agama selalu mengandung elemen kebenaran; tidak ada satupun agama yang memiiki kebenaran muthlak. Konsep ketuhanan dimuka bumi ini beragam dan tidak tunggal. Juga salah seorang dari mereka mengemukakan tentang perlunya menciptakan konsep teologi universal atau global yang bisa dijadikan pijakan bersama bagi agama-agama dunia dalam berinteraksi. Ide pluralisme agama ini kemudian dikembangkan secara khusus dinegeri-negeri Islam termasuk di Indonesia.Fazlur Rahman adalah salah seorang tokoh pluralisme Pakistan yang menetap di AS dan menjadi guru besar di Universitas Chicago.Ia menjadi Maha Guru bagi kebanyakan tokoh pluralisme di Indonesia ketika mereka kuliah perbandingan agama di Chicago.Kemudian para anak didik Fazlur Rahman ini mempropagandakan ide pluralismenya keberbagai perguruan tinggi, bahkan sampai masuk kepondok-pondok pesantren.

Para propagandis pluralisme secara rutin mengkader generasi Islam melalui berbagai seminar, workshop, dan lokakarya, tidak hanya membahas tema pluralisme belaka, tetapi membahas tema-tema yang lain, seperti demokrasi, HAM dengan empat kebebasannya, sekularisme, kesetaraan gender dan lain-lain. Dalam pembahasan tema-tema tersebut mereka mengacu pada karya-karya teolog liberal seperti Thomas W.Arnold, Sayyid Ahmad Khan, Arkoun, Ali Abdur Raziq, Charless Kurzman, Fatimah Mernissi, Nasir Hamid Abu Zaid, Fazlur Rahman, dan lainnya. Karya-karya inilah yang mereka jadikan Kitab Suci diluar Al-Qur'an, bahkan untuk menghakimi Al-Qur'an. Para propagandis pluralisme telah berupaya mencari legitimasi Al-Qur'an terhadap pluralisme, mereka sering menggunakan ayat-ayat berikut;

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". QS Al-Baqarah [2]:62. Dan firman Allah SWT; 

"Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". QS Al-Maidah [5]: 69. Dan firman Allah SWT;

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu". QS Al-Hajj [22]:17.

Ayat-ayat tersebut oleh para propagandis ide pluralisme diangap mendukung pluralisme, terutama ayat 62 surat Al-Baqarah, ayat ini kerap kali dugunakan untuk menjustifikasi kesetaraan semua agama, artinya semua agama dianggap benar dan pemeluknya yang beriman dan beramal shaleh semuanya dianggap penghuni surga. Padahal penggunaan ayat ini untuk justifikasi ide pluralisme adalah tidak tepat, karena sejumlah alasan berikut;

PERTAMA ; Dilihat dari aspek sebab nuzul[turun]nya. Ayat ini merupakan jawaban terhadap Salman ra, dalam tafsir Ibnu Katsir dikemukakan bahwa ayat ini turun mengenai teman-teman Salman Al-Farisi ra. Ketika itu Salman menuturkan perihal teman-temannya kepada Nabi saw.Ia berkata; "Mereka mengerjakan shalat dan puasa, mereka beriman kepada engkau, dan mereka bersaksi behwa engkau akan diutus menjadi Nabi…".

Ketika Salman selesai memuji teman-temannya, maka Nabi saw bersabda kepadanya: "Hai Salman, mereka termasuk penghuni neraka". Sabda Nabi saw ini sangat berat bagi Salman. Lalu Allah swt menurunkan ayat tersebut. Berkenaan dengan sebab nuzul ini, Ibnu Katsir menegaskan bahwa iman orang-orang Yahudi adalah berpegang dengan kitab Taurat dan sunah nabi Musa as sampai datangnya nabi Isa as. Lalu ketika nabi Isa telah datang, maka orang-orang Yahudi yang tetap berpegang dengan Taurat dan mengikuti sunah nabi Musa as dan tidak mengikuti nabi Isa as, maka mereka adalah rusak [menjadi penghuni neraka].

Sedangkan mengenai keimanan orang-orang Nasrani adalah siapa saja diantara mereka yang berpegang dengan kitab Injil dan mengambil syariatnya nabi Isa as, maka mereka adalah termasuk orang-orang mu'min yang diterima imannya sampai datang nabi Muhammad saw. Jadi, siapa saja dari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak mengikuti nabi Muhammad saw dan tidak meninggalkan sunah Musa dan Isa as, juga tidak meninggalkan kitab Taurat dan Injil, maka mereka adalah orang-orang yang rusak [menjadi penghuni neraka]. Ali Ibn Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa beliau berkata: "Lalu setelah ayat tersebut, Allah SWT menurunkan ayat berikut;

"Dan barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". QS Ali Imran [3]:85.
Perkataan Ibnu Abbas ra ini adalah informasi bahwasanya setelah nabi Muhammad  saw diutus, tidak diterima dari orang Yahudi maupun Nasrani, metode [thariqah] maupun amal, kecuali yang sesuai dengan syariat beliau saw. Sedangkan sebelum beliau diutus, maka setiap orang yang mengikuti Rasul pada masanya, dia berada diatas petunjuk, jalan yang benar, dan dia selamat.
Demikian penjelasan Ibnu Katsir mengenai tafsir ayat bersangkutan.

Dalam Hasyiyah Ash-Shawy atas tafsir Jalalain, Al-'Alamah Syaikh Ahmad Ash-Shawy Al-Maliky rh, mengenai surat Al-Baqarah ayat 62 menegaskan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan orang-orang mu'min yang beramal shaleh yang hidup sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw, seperti pendeta Buhaira, Abu Dzar Al-Ghifari, Waraqah Ibn Nawfal, Salman Al-Farisy, Qass Ibn Sa'idah dal lain-lain. Mereka beriman dengan Nabi Isa as dan mereka tidak berubah dan tidak mengganti agamanya sampai berjumpa dengan nabi Muhammad saw dan beriman dengan beliau saw. Sedangkan mereka yang beriman dengan Nabi Isa as dan berjumpa dengan Nabi Muhammad saw dan tidak beriman dengan beliau saw, maka mereka tetap abadi dineraka, karena Allah SWT berfirman; `"Dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". QS Ali Imran [3]:85.

Al-'Alamah Syaikh Muhammad Nawawi Banten dalam Tafsir Murahu Labid atau Tafsir Munirnya terkait surut Al-Baqarah ayat 62, menegaskan bahwa ayat tersebut berkenaan dengan orang-orang mu'min sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw, yaitu pada masa fatrah dimana mereka beriman dengan Nabi Isa as seperti Qass Ibn Sa'idah, pendeta Buhaira, Habib An-Najar, Zaid Ibn Amer Ibn Nufail, Waraqah Ibn Nawfal, Salman Al-Farisy, Abu Dzar Al-Ghifary, utusan Raja Najasy, dan orang-orang yang menjadi penganut agama bathil, yaitu orang-orang Yahudi, Nasrani dan Shabi'in.

Jadi setiap orang yang beriman diantara mereka dengan diutusnya nabi Muhammad saw, yakni mereka beriman kepada Allah swt, hari kemudian, dan Muhammad saw, maka mereka mendapat pahala dari Allah swt. Begitu pula miturut para mufassir lain. Mereka semua berkesimpulan bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani dan Shabi'in yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang hidup sebelum diutusnya nabi Muhammad saw, mereka mengikuti agama nabi-nabi mereka dengan konsisten, maka mereka mendapatkan pahala dari Allah swt.

KEDUA ; Hanya Agama Islamlah Yang Benar Dan Diridhai Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya;  "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah agama Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya". QS Ali Imran [3]:19.

Sebab nuzulnya ayat ini berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang mengklaim bahwasanya tidak ada agama yang lebi utama dari pada agama Yahudi, dan orang-orang Nasrani juga mengklaim bahwasanya tidak ada agama yang lebih utama dari ada agama Kristen. Maka Allah SWT menurunkan ayat tersebut.

Allah SWT juga berfirman;  "Dan barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi".

Dalam kitab Shafwatut Tafaasir, Syaikh Muhammad Aly Shabuni menegaskan bahwa melalui ayat ini Allah SWT memerintahkan manusia untuk mengikuti syariat Islam dan meninggalkan syariat yang lain setelah diutusnya nabi Muhammad saw, dan mereka yang mengingkarinya akan dimasukkan kedalam neraka dan mereka kekal didalamnya.

Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda;
والذي نفس محمد بيده لايسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولانصرني ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار. رواه مسلم عن أبي هريرة رضي الله عنه
"Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah mendengar mengenai aku seseorang dari umat ini, baik ia Yahudi maupun Nasrani, kemudian ia mati dalam kondisi tidak mengimani agama yang aku diutus dengannya, kecuali ia termasuk penghuni neraka". HR Imam Muslim dari Abu Hurairah ra.

Berdasarkan ayat serta hadis tersebut, nabi Muhammad saw sebagai pengemban risalah kepada seluruh umat manusia didunia ini telah menyeru kepada para raja yang beragama Kristen dan Majusi untuk memeluk agama Islam. Beliau mengirim surat kepada raja Najasi di Habasyah [Abasinea, Etiopia], Kaisar Heraclius penguasa Romawi, Kisra penguasa Persia, raja Muqauqis di Mesir, raja Harits Ghasan di Yaman, dan kepada Haudhah Hanafi, semuanya diseru agar meninggalkan agama mereka dan memeluk agama Islam. Isi surat beliau SAW kepada Heraclius, misalnya, adalah sebagai berikut;
"...فإني أدعوك بدعاية الإسلام، أسلم تسلم، يؤتك الله أجرك مرتين، فإن توليت فإن عليك إثم الأريسيين...".
"… Sesungguhnya aku menyerumu untuk memeluk Islam, masuklah Islam niscaya kamu selamat, Allah memberimu pahala duakali, kalau kamu berpaling, maka kamu menanggung dosa para petani [rakyatmu]…". HR Imam Bukhari.

Surat ini sesuai firman Allah SWT; "Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al-Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kalian (mau) masuk Islam?". Jika mereka masuk Islam, Sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya". QS Ali 'Imran [3] penggalan ayat 20.

KETIGA; Agama Islam Diturunkan Untuk Semua Manusia, Bahkan Untuk Jin.
Allah SWT berfirman;   "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui". QS Saba [34]: 28.
 
Dan firmannya : "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". QS Al-Anbiya [21]:107.

Dan Firman-Nya;  "Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kalian mendapat petunjuk".

Dan Allah SWT berfirman; "Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: Telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami". QS Al-Jin [72]:1-2.

Pada sejumlah ayat diatas sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan bahwa Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul bagi seluruh manusia dan jin tanpa terkecuali. Oleh karena itu semua manusia dan jin wajib beriman kepadanya juga mengikutinya, baik mereka adalah Yahudi, Nasrani, Majusi dan yang lain. Mereka semua adalah obyek dakwah yang diseru untuk memeluk Islam dan agar meninggalkan agama-agama yang selama itu dianutnya. Sebab, jika mereka dianggap cukup dengan agamanya, maka untuk apa Rasulullah SAW bersusah payah menyeru mereka untuk memeluk Islam, dan apa faidahnya Allah SWT mengutus beliau membawa risalah Islam?

KEEMPAT ; Orang-Orang Yahudi, Nasrani, Majusi, Budha, Hindu, dll. adalah orang-orang kafir dan musyrik. Para propagandis pluralisme telah menyejajarkan atau menyama- ratakan agama Islam dengan agama-agama lain, bahkan mereka sangat berani dan gegabah mengatakan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani adalah orang-orang muslim dan mu'min dan mendapat pahala disisi Allah SWT meskipun mereka tidak beriman kepada Muhammad SAW dan tidak mengikutinya.

Mereka menggunakan surat Al-Baqarah ayat 62, Al-Maidah ayat 69 dan Al-Hajj ayat 17 untuk menjustifikasi ide dan pendapat konyolnya. Padahal banyak sekali ayat-ayat muhkam menegaskan dengan sangat terang bahwa para pemeluk agama Yahudi, Kristen, Majusi, Budha, Hindu dll. adalah orang-orang kafir dan musyrik. Rasulullah SAW sebagai uswatun hasanah, seperti diatas, telah memperlakukan mereka dan berinteraksi dengan mereka sebagai orang-orang kafir dan musyrik.

Diantara ayat-ayat muhkam yang menjelaskan kekafiran dan kemusyrikan mereka adalah firman Allah SWT;  "Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)". QS Al-Bayinah [98]:1-2.

Para mufassir yang diantara mereka adalah As-'Alamah Syaikh Nawawi Banten mengemukakan bahwa yang dimaksud Ahli Kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sedang yang dimaksud dengan orang-orang musyrik adalah para penyembah patung, seperti para pemeluk agama Budha, Hindu, Konghucu dll.

Dan pada ayat selanjutnya Allah SWT berfirman; "Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk". QS Al-Bayinah [98]:6.

Apalagi, seperti dalam tafsir Jalalain, kata min [yakni] dari rangkaian kata min ahlil kitaabi wal musyrikiin [yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik] adalah min bermakna penjelasan [bayan/yakni] dari kata al-ladziina kafaruu [orang-orang kafir]. Jadi konotasinya, seperti miturut Syaikh Shawiy, adalah fal ladziina kafaruu hum ahlul-kitab wal-musyrikiin [maka orang-orang kafir itu adalah ahlul kitab dan orang-orang musyrik].

Lebih-lebih Allah SWT berfirman;  "Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam…". QS Al-Maidah [5] penggalan ayat 72.

Dan firman-Nya; "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa…". QS Al-Maidah [5] penggalan ayat 73.

Dua penggalan ayat tersebut adalah berkenaan dengan orang-orang Nasrani bahwa mereka adalah orang-orang kafir.

Dan Allah SWT berfirman; "Orang-orang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu". QS Al-Baqarah [2] penggalan ayat 105.

Kata min dari kata min ahlil kitab adalah berkonotasi penjelasan [bayan/yakni], karena itu Syaikh Shawiy [seperti dalam Hasyiyah Ash-Shawiy atas tafsir Jalalain] telah menentukan makna ayat diatas sebagai berikut;
  ما يحب الذين كفروا وهم أهل الكتاب والمشركين إنزال خير من ربكم عليكم...
"Orang-orang kafir, yaitu Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik, tidak senang turunnya kebaikan dari Tuhan kalian kepada kalian…". 

Jadi konotasi Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik adalah orang-orang kafir.Ini adalah kesefakatan para mufassir. Juga ketika kita menelaah sejumlah ayat Al-Qur'an yang terkait dengan Ahlul Kitab, maka semuanya menunjukkan dengan sangat jelas bahwa mereka adalah orang-orang kafir, karena tidak memeluk agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW dan tidak meninggalkan agama mereka, yaitu agama Kristen dan Yahudi.

KELIMA ; Ijmak Telah Tetap Bahwa Selain Pemeluk Agama Islam Yang Telah Diturunkan Kepada Muhammad Rasulullah SAW Adalah Orang-Orang Kafir. Ijmak ini adalah ijmak seluruh umat Islam sepanjang zaman dan tidak ada khilaf didalamnya. Meskipun ada yang berpendapat bahwa Ijmak secara riil itu hanya terjadi pada masa Sahabat ra, yaitu Ijmak Sahabat, dan ada lagi yang berpendapat bahwa Ijmak tidak terbatas hanya pada masa Sahabat, tetapi bisa terjadi pada setiap masa. Akan tetapi Ijmak dalam masalah ini, baik Ijmak Sahabat maupun Ijmak selain Sahabat, telah tetap bahwa selain pemeluk agama Islam adalah orang-orang kafir.

Sebagai bukti yang tidak terbantahkan adalah kitab-kitab karya Para Ulama dari berbagai madzhab, khususnya Madzaahibul Arba'ah, terutama dalam pembahasan masalah pernikahan beda agama, jihad, jizyah, istilah kafir dzimmi, mu'ahad dan musta'man. Dan kitab-kitab tafsir berkenaan dengan ayat-ayat yang menyinggung Ahlul Kitab dan Musyrikiin. Para Ulama tersebut benar-benar telah Ijmak bahwa Ahlul Kitab adalah orang-orang kafir, apalagi orang-orang Budha, Hindu dll.

Sedangkan munculnya pendapat bahwa Ahlul Kitab adalah kaum muslim dan mu'min yang mendapat pahala disisi Allah swt dan akan masuk surga meskipun tetap pada agamanya, adalah pendapat nyeleneh produk dan rekayasa para orientalis dan misionaris kafir yang disusupkan kedalam pemikiran Islam melalui tangan-tangan mereka dari gerombolan muslim liberal.

Lima poin argument diatas sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan argument para propagandis ide pluralisme agama, dan untuk membongkar bahwa ide itu adalah ide kafir yang bertujuan untuk memurtadkan kaum muslim, terutama kaum muslim ASWAJA, dan faktanya juga telah menunjukkan bahwa mereka yang berbaris dalam barisan Islam Liberal adalah dari kelompok yang mengklaim paling ASWAJA ini.
Wallahu A'lam ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...