Langsung ke konten utama

BEDA ETIKA DIDALAM ISLAM DAN DIDALAM DEMOKRASI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Untuk mengetahui dimana posisi etika (adab/ akhlak) di dalam Islam, maka saya perlu membuat perumpamaan fisik dien Islam.Dien Islam diumpamakan seperti sebuah negeri (baldah), yang di dalamnya tersimpan yaqut dan permata, yang memiliki tujuh benteng; benteng pertama (dari dalam) terbuat dari emas, kedua dari perak, ketiga dari kuningan, keempat dari besi, kelima dari batu, keenam dari bata merah, dan ketujuh dari bata mentah. Selama penduduknya mau merawat dan menjaga benteng yang terbuat dari bata mentah, maka tidak ada musuh yang tamak kepada mereka. Tetapi ketika mereka tidak merawat dan menjaganya sehingga benteng pertama (dari luar) itu runtuh maka musuh tamak kepada benteng kedua, ketika benteng kedua roboh maka musuh tamak kepada benteng ketiga, lalu keempat, kelima, keenam dan terakhir ketujuh. Dan setelah semua benteng itu roboh, maka musuh mengambil yaqut dan permata itu.

Begitu pula Iman dan Islam yang leksana yaqut dan mutiara tersimpan di dalam tujuh benteng; benteng pertama adalah yakin, kedua ikhlash, ketiga melaksanakan yang fardlu-fardlu/ faroidl, keempat meninggalkan yang haram-haram, kelima melaksanakan yang wajib-wajib, keenam melaksanakan yang sunnah-sunnah, dan ketujuh menjaga etika.

Selama seorang hamba merawat dan menjaga etika maka syetan tidak tamak terhadapnya, ketika ia telah meninggalkan etika maka syetan tamak terhadap yang sunnah-sunnah, ketika ia meninggalkan yang sunnah-sunnah maka syetan tamak terhadap yang wajib-wajib, lalu menerjang yang haram-haram, lalu meninggalkan yang fardlu-fardlu, lalu terhadap ikhlash, lalu terhadap yakin, sehingga syetan tamak terhadap seorang hamba mati tidak memiliki Iman. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan syetan dan su-ulkhatimah.

Oleh sebab itu, ulama besar dan auliya pilihan berpendapat, bahwa siapa saja yang telah meninggalkan etika maka ia terjatuh kedalam meninggalkan yang sunnah-sunnah, siapa saja yang telah meninggalkan yang sunnah-sunnah maka ia terjatuh kedalam meninggalkan yang wajib-wajib, siapa saja yang telah meninggalkan yang wajib-wajib maka ia terjatuh kedalam menerjang yang haram-haram, siapa saja yang telah menerjang yang haram-haram maka ia terjatuh kedalam  meninggalkan yang fardlu-fardlu, siapa saja yang telah meninggalkan yang fardlu-fardlu maka ia terjatuh kedalam meremehkan syariah, dan siapa saja yang telah meremehkan syariah maka ia terjatuh kedalam jurang kufur. Na’udzu billah. (lihat: Sayyid Muhammad Haqy Annazily, Khazinatul Asror).

Dari pemaparan diatas sangat jelas, bahwa tujuan merawat dan menjaga etika adalah untuk menjaga pelaksanaan yang sunnah, pelaksanaan yang sunnah untuk menjaga pelaksanaan yang wajib, pelaksanaan yang wajib untuk menjaga peninggalan yang haram, peninggalan yang haram untuk menjaga pelaksanaan yang fardlu, pelaksanaan yang fardlu untuk menjaga ikhlas, ikhlash untuk menjaga yakin, dan yakin untuk menjaga Iman dan Islam. Dengan demikian etika dalam Islam itu tidak terlepas dari Islam, bahkan etika adalah bagian dari Islam sendiri. Diantara contohnya adalah etika memakai sandal mendahulukan kaki kanan dan melepasnya mendahulukan kaki kiri, dan hukumnya adalah sunnah. Etika makan dengan tangan kanan dan cewok dengan tangan kiri, dan hukumnya sunnah. Dan menyalahi yang sunnah hukumnya makruh. Sedang sunnah dan makruh adalah bagian dari hukum syara’ Islam. Jadi etika Islam adalah syara’ Islam. Karenanya, dalam hadits shahih, bahwa etika/ khuluq Rasulullah Saw adalah (pengamalan) Alqur'an.

Inilah perbedaan antara etika dalam Islam dan etika dari luar Islam. Etika dalam Islam adalah untuk mengokohkan Islam. Sedang etika dari luar Islam untuk mengokohkan agama selain Islam. Seperti etika dalam demokrasi adalah untuk mengokohkan demokrasi dan untuk membuang Islam. Sebaik-baik etika dalam demokrasi adalah seburuk-buruk etika dalam Islam. Etika tertinggi dalam Islam adalah mengimani dan mempraktekkan hukum-hukum (syariah) Allah Swt dalam kehidupan, masyarakat dan negara. Maka di dalam Islam tidak ada etika begi orang yang menolak penerapan hukum-hukum (syariah) Allah Swt. Karena Dialah yang menciptakan dan memberinya rizki yang harus diimani dan diamalkan hukum-hukumNya, tetapi dia yang hanya menikmati ciptaan dan rizkiNya seraya menolak hukum-hukumNya, maka dia adalah hamba yang tidak tahu diri dan tidak ber-etika.

INGAT, KHILAFAH ADALAH SARANA DAN WADAH TERTINGGI UNTUK MENERAPKAN HUKUM-HUKUM ALLAH SWT. MAKA PARA PEJUANG KHILAFAH ADALAH ORANG-ORANG YANG MEMILIKI ETIKA YANG SANGAT TINGGI. SEDANG ORANG-ORANG YANG MENOLAK PENEGAKKAN KHILAFAH ADALAH ORANG-ORANG BEJAT YANG TIDAK PUNYA ETIKA.

Wallohu a'lam
Anda setuju, tinggalkan jejak dan sebar luaskan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...