Alasan Pertama : Sekularisme mereduksi kesempurnaan syariat [agama] Islam.
Allah swt. berfirman: "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian". QS.Al-Maaidah [5]:3.
Miturut para mufassir yang pada hari itu -yaitu hari Jum'at setelah ashar bertepatan dengan wuqufnya Rasulullah saw. di Arafah-telah disempurnakan dari agama Islam adalah hokum-hukum Islam dan fardhu-fardhunya, yakni halal dan haramnya, karena setelahnya masih terun ayat; "Dan peliharalah diri kalian dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kalian semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)". QS Al-Baqarah [2] : 281.
Ayat ini adalah ayat mau'izhah, bukan ayat hokum. Jadi syariat [agama] Islam itu mampu menjadi solusi atas berbagai problem kehidupan; pribadi, masyarakat dan Negara. Sedangkan sekularisme telah mereduksinya sehingga Islam hanya ditempatkan untuk mengatur urusan atau problem pribadi saja, dan urusan ruhiyyah. Sedangkan urusan bermasyarakat dan bernegara semuanya diserahkan kepada akal manusia yang dikendalikan oleh kepentingan dan syahwatnya. Paktanya juga menjadi bukti yang nyata bahwa penerapan sekularisme diberbagai Negara didunia telah mereduksi urusan akidah dan ibadah, yakni urusan pribadi dan ruhiyyah dimana seharusnya kaum muslim hanya beribadah kepada Allah saja, tetapi paktanya dengan sekularisme mereka harus beribadah kepada Thaghut disamping beribadah kepada Allah. Ini adalah syirik yang tidak akan pernah diampuni selagi mereka tidak meninggalkannya.
Begitu pula terkait dengan akhlak, makanan, minuman, dan pakaian, dengan sekularisme semuanya telah terlepas dari standar halal dan haram, karena standar sekularisme adalah manfaat sesuai akal manusia yang diliputi kabut hawa nafsu, bukan manfaat sebagai natijah [buah] dari penerapan syariat [agama] Islam secara total. Dengan dasar manfaat perkara yang jelas-jelas haram bisa menjadi halal. Sampai porno aksi dan porno grafipun dikatakan seni yang menghasilkan manfaat materi.
Sedangkan hubungan manusia dengan sesama manusianya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara -selain masalah munakahat- peran agama tereduksi secara keseluruhan.
Masih berhubungan dengan kesempurnaan syariat [agama] Islam, Allah swt. berfirman; "Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri". QS An-Nahel [16]:89. "Tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab…". QS. Al-An'am [6]:38.
Sebagian mufassir telah menafsiri Al-Kitab dengan 'Lauh Mahfudz' dengan konotasi bahwa nasib semua makhluk itu sudah ditulis [ditetapkan] dalam Lauh Mahfudz. Dan ada pula mufassir yang menafsirinya dengan Al-Qur'an dengan konotasi bahwa didalam Al-Qur'an itu telah dijelaskan semua pokok-pokok agama, norma-norma hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia didunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.
Berangkat dari bantahan-bantahan terhadap sekularisme diatas dan dengan melihat pakta kerusakan interaksi kaum muslim dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa orang-orang sekuler kelak diakhirat akan dikembalikan kepada siksa yang amat berat, yaitu dimasukkan kedalam neraka yang paling bawah, karena hakekat orang-orang sekuler adalah orang - orang munafik dimana karakter kemunafikannya telah ada dan nyata melekat pada keyakinan dan perilakunya.
Mereka berkeyakinan bahwa agama tidak boleh ikut campur mengatur urusan manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bagi siapa saja perilaku mereka sudah sangat jelas, yaitu selalu melakukan penggembosan terhadap para pengemban dakwah yang mukhlish-mukhlish yang tidak punya tujuan kecuali agar syariat [agama] Islam dapat diterapkan dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan negara, dengan demikian Allah swt ridha kepada mereka, jadi tujuan hakiki mereka hanyalah menggapai ridha-Nya. Kaum sekular selalu membuat ide dan slogan tandingan terhadap ide dan slogan para pengemban dakwah, baik secara terang-terangan maupun samar-samar, baik dilakukan sendiri atau menyuruh pihak lain. Tujuan mereka adalah menggagalkan cita-cita para pengemban dakwah, atau memperlambat terealisasinya cita-cita itu, yakni diterapkannya syariat Islam dalam semua lini kehidupan.
Dalam kaitannya dengan kaum munafik Allah swt berfirman; "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar". QS. An-Nisa [4]:145-146.
Tingkatan neraka yang paling bawah adalah yang paling panas. Neraka itu memiliki tujuh tingkatan; Pertama, yaitu yang paling atas, adalah neraka Jahannam diperuntukkan bagi orang Islam yang mengerjakan maksiat. Kedua neraka Lazha bagi orang Kristen. Ketiga neraka Huthamah bagi orang Yahudi. Keempat neraka Sa'ir bagi orang Shabiin. Kelima neraka Saqar bagi orang Majusi.Keenam neraka Jahim bagi orang Musyrik. Dan ketujuh neraka Hawiyah bagi orang munafik dan bagi Fir'aun beserta tentaranya, karena Allah swt. telah berfirman; "Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam siksa yang sangat berat [asyaddil 'adzaab]".QS. Al-Mu'min [40]:46.
Ini sesuai dengan ayat : "Apakah kalian beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripada kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat [asyaddil 'adzaab]. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat" QS. Al-Baqarah [2]:85.
Jadi orang-orang sekular itu kalau mereka tidak tergolong dari kaum munafik, maka mereka tergolong pengikut Fir'aun. Siksa yang akan mereka rasakan berat sekali sesuai keyakinan dan perilaku mereka didunia dimana mereka suka menggunting dalam lipatan dan bermacam penggembosan mereka lancarkan terhadap dakwah penerapan syariat secara total. Mereka bekerja sama dengan kaum kuffar dan musyrikiin, dan mereka menerima konpensasi berupa dolar yang cukup banyak dan menggiurkan. Siksa yang sangat berat layak mereka terima kecuali kalau mereka bertaubat secara nashuha, melakukan perbaikan, berpegang kepada agama Allah, dan ikhlas dalam beragama.
Mereka harus bertaubat dengan meninggalkan keyakinan dan perilaku yang merugikan dirinya, Islam dan kaum muslim pengemban dakwah. Segala bentuk penggembosan harus mereka hentikan, juga aliran dolar dari kaum kuffar, setelah sebelumnya merobah keyakinannya menjadi bahwa syariat Islam sudah sangat sempurna dan mampu menjadi solusi atas berbagai problem umat manusia, bahkan problematika dunia, dan bahwa sekularisme adalah akidah produk manusia dari belahan dunia barat yang kafir dan sangat kontradiksi dengan akidah Islam.
Mereka harus melakukan perbaikan terhadap semua yang telah mereka lakukan. Mereka harus mengembalikan nama baik serta kehormatan individu, jama'ah atau partai yang pernah mereka fitnah dan mereka gembosi. Mereka harus menulis buku-buku yang pro dakwah dan pro syariat sebagai ganti dari buku-buku yang telah mereka tulis yang penuh rekayasa, dusta, fitnah dan profokatif terhadap para pengemban dakwah.
Mereka harus berpegang teguh dengan tali [agama] Allah dan ikut berdakwah bersama para pengemban dakwah, sebagai ganti dari berpegang teguh mereka kepada sekularisme dan dakwah mereka kepadanya. Dan mereka harus ikhlas mengerjakan agamanya hanya karena Allah swt.
Jadi taubat, melakukan perbaikan, berpegang teguh kepada agama Islam, dan ikhlas, semuanya wajib dilakukan oleh kaum sekular muslim agar mereka terhindar dari siksa yang sangat berat [asyaddil 'adzaab] bersama kaum munafik dan kaum Fir'aun di neraka Hawiyah. Maka ketika mereka telah melakukan semuanya, mereka baru layak menjadi Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, dan layak mengklaim paling ASWAJA.
(bersambung ...)
Komentar
Posting Komentar