Langsung ke konten utama

SANKSI BAGI PARA BEGAL

HUKUM ISLAM TERKAIT HAD PARA BEGAL

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Sangsi (had) Islam terhadap para begal (quththa'uth thariiq) sangat berbeda bahkan kontradiksi dgn sangsi dalam sistem demokrasi terhadap mereka. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat berbeda dan kontradiksi dgn demokrasi. Islam bukan demokrasi, dan demokrasi bukan (berasal dari) Islam. Dan demokrasi adalah sistem kufur yg datang dari ideologi dan akidah kufur dan syirik.

Sekarang perhatikan firman Allah Swt terkait sangsi atas para begal:
"Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rosul-Nya (dengan memerangi orang-orang muslim) dan membuat kerusakan di muka bumi (dengan membegal), hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik (tangan kanan dan kaki kirinya), atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar". (QS Almaaidah ayat 33).

Jadi peringkat sangsi terhadap para begal itu ada empat:
1. Dibunuh atau
2. Disalib atau
3. Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang atau
4. Dibuang dari negeri tempat kediamannya.

Dibunuh bagi begal yang hanya membunuh, disalib selama tiga hari sebelum dibunuh atau setelah dibunuh bagi begal yang membunuh dan mengambil harta, dipotong tangan dan kakinya secara bersilangan, yaitu tangan kanan dan kaki kirinya, bagi begal yang mengambil harta dan tidak membunuh, dan dibuang bagi begal yang hanya menakut-nakuti. Yang demikian itu adalah pendapat Ibnu Abbas dan madzhab Imam Syafi'i. Dan disamakan dgn dibuang adalah adalah ditahan atau dipenjara dll. (lihat Tafsir Aljalaalain).

Dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. Ini bagi para begal yang mati dalam keadaan kafir. Adapun hudud bagi mereka yang muslim, maka miturut qaul mu'tamad hudud itu adalah jawabir, sebagai penebus dosa di akhirat, dan di akhirat tdk disiksa. (lihat Hasyiyah Ashshaawiy 'alaa Tafsir Aljalaalainnya).

PENDAPAT ULAMA MUJTAHID

Para imam mujtahid (Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, Ahmad, dan yang lainnya) telah sepakat bahwa siapa saja orang yang terang-terangan dan menghunus senjata untuk menakut-nakuti di jalan di luar kota, dimana tidak bisa datang pertolongan (dgn segera), maka ia telah melakukan hirobah (memerangi kaum muslimin) dan membegal, dimana berlaku atasnya hukum-hukum terkait orang2 yang melakukan hirobah.

Juga para imam mujtahid tlh sepakat, bahwa setiap begal yang membunuh dan mengambil harta, maka wajib ditegakkan had atas mereka. Apabila walinya orang yang dibunuh dan diambil hartanya memaafkan, maka pemaafan itu tidak berpengaruh dalam menggugurkan had dari mereka...

Tiga imam mujtahid (Abu Hanifah, Syafi'i dan Ahmad) berpendapat, bahwa had begal itu mengikuti urutan pada ayat Alqur'an sebagaimana dijelaskan di atas. Sedang imam Malik berpendapat, bhw had begal itu tidak mengikuti urutan pada ayat di atas, tetapi imam/ khalifah atau wakilnya boleh berijtihad padanya, boleh membunuh, menyalib, memotong tangan dan kakinya secara bersilangan, membuang atau menahannya.... (jadi imam boleh berijtihad untuk memilih salah satu dari empat sangsi yg ada pada ayat di atas).

Tiga imam mujtahid (Malik, Syafi'i dan Ahmad) berpendapat, bhw hukum begal di dalam kota adalah seperti begal di luar kota secara sama. Alasannya, karena memerangi syariat Allah dan melanggar hudud-Nya keharamannya tidak berbeda, baik di luar atau di dalam kota, sebagaimana maksiat2 yg lainnya, zina, minum khamer dll. Sedang imam Abu Hanifah berpendapat, bhw hukum begal itu tidak tetap/ berlaku, kecuali begal di luar kota. Alasannya, karena begal di luar kota itu tlh masyhur sangat mudah dipahami, karena biasanya tdk ada orang2 yg menolong dan menyelamatkannya dari begal. Berbeda dgn begal di dalam kota, karena pada umumnya orang2 bisa menolongnya. Maka sangat serupa dgn ghashab. Maka berlaku takzir atas pelakunya, dan mengembalikan harta yg diambilnya kpd pemiliknya... (lihat Almiizan Alkubro', bab Quththa'uth Thaariq).

Jadi perbedaan pendapat di atas berpangkal dari adanya orang2 yg menolong atau tidak. Tentu bisa ditolong atau tidak. Dan tentu begal yg tdk melukai dan tdk membunuh.

Itulah hukum Islam terkait had para begal. Sungguh sangat sempurna. Sekarang bandingkan dgn hukum di dalam sistem demokrasi.

HANYA KHILAFAH YANG SANGGUP MENERAPKAN HUKUM ISLAM TERKAIT HAD BEGAL

SEDANG BERHARAP KEPADA DEMOKRASI ADALAH MIMPI

Anda setuju, tinggalkan jejak dan sebarluaskan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...