Langsung ke konten utama

TUKANG FITNAH ITU BUKAN AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Kita telah meyakini, bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah ala Rasululloh SAW dan sahabatnya adalah Firqah Najiyah (kelompok yang selamat dari neraka), dimana mengenai mereka, Muhammad bin Abdul Karim bin Abu Bakar Ahmad asy-Syahrastani dalam kitabnya, al-Milal wa an-Nihal, menulis:
 
Akhbaro Annabiyyu ...
أَخْبَرَ النَّبِى عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ : سَتَفْتَرِقُ أُمِّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً ، اَلنَّاجِيَةُ مِنْهَا وَاحِدَةٌ ، وَاْلبَاقُوْنَ هَلْكَى . قِيْلَ : وَمَنْ اَلنَّاجِيَةُ ؟ قَالَ : أَهْلُ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ . قِيْلَ : وَمَا أَهْلُ السُّنَّةِ وَاْلجَمَاعَةِ ؟ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ اْليَوْمَ وَأَصْحَابِي.
“Nabi saw mengabarkan bahwa umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu diantaranya adalah golongan yang selamat, sedang yang lainnya golongan yang celaka”. Ditanyakan: “Siapakah golongan yang selamat itu?”. Beliau bersabda: “Ahlussunnah Wal Jama’ah”. Ditanyakan: “Siapakah Ahlussunnah Waljamaah itu?”. Belaiau bersabda: “(Orang-orang yang berpegang teguh terhadap) apa yang saat ini aku dan para sahabatku berada di atasnya”. (Muhammad bin Abdul Karim bin Abu Bakar Ahmad asy-Syahrastani, al-Milal wa an-Nihal, 1/11, Dar al-Ma’rifah Beirut, 1404 H, tahqiq Muhammad Sayyid Kailani).

Sedangkan perilaku merekayasa, membohongi, memitnah dan memprovokasi itu dapat menjerumuskan seorang muslim ke neraka, kecuali ketika telah bertaubat secara nashuha sebelum matinya. Oleh karena itu, siapa saja diantara kaum muslim yang berperilaku seperti itu, secara otomatis, dengan sendirinya, ia telah keluar dari golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah, meskipun ia telah mengklaim seribu kali sebagai golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Terkait perilaku merekayasa, membohongi, memitnah dan memprovokasi, Allah swt berfirman:

Innamaa yaftariy ...
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ (105)
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang yang pendusta". QS An-Nahel [18] ayat 105.

Ketika menafsiri ayat di atas, Imam Suyuthi berkata:
وأخرج الخرائطي في مساوئ الأخلاق وابن عساكر في تاريخه ، عن عبد الله بن جراد أنه سأل النبي صلى الله عليه وسلم : « هل يزني المؤمن؟ قال : قد يكون ذلك . قال : هل يسرق المؤمن؟ قال : قد يكون ذلك . قال : هل يكذب المؤمن؟ قال : لا . ثم أتبعها نبي الله صلى الله عليه وسلم { إنما يفتري الكذب الذين لا يؤمنون } » .
“Dan Al-Khoroithi dalam kitab Masawiul Akhlaq dan Ibnu Asakir dalam kitab Tarikhnya telah mengeluarkan hadits dari Abdulloh bin Jarod, bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi SAW: “Apakah orang mu’min berzina?”, beliau bersabda: “Bisa saja ia begitu”. Ia bertanya: “Apakah orang mu’min mencuri?”, beliau bersabda: “Bisa saja ia begitu”. Dan ia bertanya: “Apakah orang mu’min berdusta?”, beliau bersabda: “Tidak”. Kemudian Nabi SAW membacakan ayat: "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah”.

Waakhroja ...
وأخرج الخطيب في تاريخه ، عن عبد الله بن جراد قال : قال أبو الدرداء « يا رسول الله ، هل يكذب المؤمن؟ قال : لا يؤمن بالله ولا باليوم الآخر من إذا حدث كذب » .
“Dan al-Khothib dalam kitab Tarikhnya telah mengeluarkan dari Abdulloh bin Jarod, ia berkata: “Abu Darda’ berkata: “Wahai Rasululloh, apakah orang mu’min berdusta?”, beliau bersabda: “Tidak beriman kepada Alloh dan hari akhir, orang yang ketika berbicara, ia berdusta”. (Tafsir al-Durr al-Mantsur, 6/172).

Dan firman-Nya:
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (58)
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata". QS Al-Ahzab [35] ayat 58.

Imam Ibnu Katsir berkata:
“Firman Alloh: "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat”. Yakni, mereka menisbatkan kepada orang-orang mukmin dan mukminat suatu perkara yang mereka bebas dari padanya, mereka tidak mengamalkan dan tidak pula mengerjakannya. “maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata". Ini adalah kebohongan yang nyata, yaitu menceritakan atau memindah dari orang-orang mu’min dan mu’minat suatu perkara yang mereka tidak mengerjakannya, dengan tujuan mencela dan merendahkan mereka. Kebanyakan orang yang masuk ke dalam ancaman ini adalah orang-orang kafir kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian golongan Rafidhah (Syi’ah ekstrim) yang merendahkan dan mencela sahabat dengan perkara yang Alloh telah membebaskan mereka dari padanya, dan menyifati sahabat dengan kebalikan sifat yang Alloh telah memberi khabar tentang mereka. Karena Alloh SWT telah memeri khabar, bahwa Dia benar-benar ridha dan memuji sahabat Muhajirin dan Anshar. Sedangkan orang-orang bodoh dan dungu itu mencaci-maki dan merendahkan mereka, dan menyebutkan perkara yang tidak ada, dan mereka tidak pernah mengerjakannya selamanya. Maka orang-orang bodoh dan dungu itu, pada dasarnya, adalah orang-orang yang terbalik hatinya, mereka mencela orang-orangyang terpuji, dan memuji orang-orang yang tercela”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/480-481).

Jadi perilaku di atas adalah perilaku orang-orang kafir dan Rafidhah (Syi’ah ekstrim), bukan perilaku Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Jangan mengaku Ahlussunnah Waljama'ah kalau masih suka memitnah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...