Langsung ke konten utama

MENGENAL CINTA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

CINTA ITU ADA DUA
Cinta itu terbagih menjadi dua; cinta sebagai indikasi dari naluri seksual dan cinta sebagai indikasi dari eksistensi iman.

CINTA PERTAMA
Pertama; Cinta sebagai indikasi dari naluri seksual (gharizatunnauw’).
Cinta jenis ini bukan cinta hakiki yang abadi, karena terkatagori sebagai syahwat terhadap lawan jenis, seperti cintanya laki-laki kepada perempuan dan sebaliknya. Oleh karenanya, cinta jenis ini bukan cinta hakiki yang abadi (cinta sejati), karena sama halnya dengan benci dan marah sebagai indikasi dari naluri hidup atau naluri mempertahankan diri (gharizatulbaqa’), dan seperti menghormat dan mengkultuskan sebagai indikasi dari naluri beragama (gharizatuttadayyun), juga seperti syahwat kepada makanan dan minuman sebagai indikasi dari kebutuhan jasmani (al-haajat al-‘udlawiyyah), dimana baik naluri maupun kebutuhan jasmani semuanya adalah potensi kehidupan manusia sebagai makhluk ter-indah.

Meskipun cinta jenis ini bukan cinta hakiki yang abadi, tetapi bisa dijadikan sarana untuk menuju cinta hakiki yang abadi. Yaitu dengan memenuhinya (melampiaskannya) sesuai tuntunan Allah swt dan Rasulullah saw, yakni sesuai syariat (agama) Islam. Jadi ketika laki-laki dan perempuan sudah saling menyintai, maka keduanya harus memenuhinya dengan menikah secara syar’iy lalu menjalani kehidupan pasutrinya sesuai syariat Islam. Maka cinta yang telah dipenuhi dengan cara syar’iy bisa menjadi cinta hakiki dan abadi, karena akan berlajut pada kehidupan akhirat yang hakiki dan abadi, yaitu kehidupan pasutri di surga nanti. Akan tetapi ketika keduanya memenuhi cintanya tidak sesuai tuntunan syariat Islam seperti dengan berzina, maka cinta itu hanyalah syahwat dan pemenuhan syahwat, yang hanya lewat dan menjadi kenangan buruk, seperti halnya makan dan minum hanya lewat, masuk sebagai barang yang suci dan keluar sebagai barang najis.

Kenangan buruk jenis ini tidak akan hilang dari ingatan, dari dunia sampai akhirat, karena pada hari kiamat kelak semua perbuatan manusia, dari yang sekecil dzarroh (atom) sampai yang terbesar sekalipun, semuanya akan diperlihatkan dan akan dipertanggungjawabkan. Meskipun setelah berzina, keduanya menikah secara syar’iy, maka tetap saja menjadi kenangan buruk, bahkan bisa menjadi presiden buruk bagi kehidupan pasutri selanjutnya, yaitu akan menjadi sarana syetan untuk membisikkan kepada keduanya. Syetan berkata kepada si perempuan: “Suamimu telah keluar rumah. Dulu kan suamimu pernah berzina dengan kamu yang dicintainya. Padahal dia belum berpengalaman. Apakah sekarang kamu yakin bahwa dia tidak berzina dengan selain kamu. Setelah dia berpengalaman?”, juga syetan berkata kepada laki-lakinya dengan perkataan yang sama. Karena mengulangi itu lebih mudah dari memulai. Dan bisikan syetan seperti itu bukan hal yang mustahil, karena memang sudah profesinya. Maka saudara dan saudariku semua berhati-hatilah dengan cinta jenis ini.

Jadi cinta jenis ini adalah laksana api yang bisa dipakai untuk hal-hal yang negatif juga bisa untuk hal-hal yang positif. Cinta jenis ini bisa mengantarkan ke neraka dan bisa pula mengantarkan ke surga, tergantung bagaimana kita memposisikannya. Manusia telah diciptakan oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya, karena disamping postur tubuhnya yang indah, juga Allah telah melengkapinya dengan potensi kehidupan dimana didalamnya terdapat cinta.
Allah swt berfirman:
ﻟَﻘَﺪْ ﺧَﻠَﻘْﻨَﺎ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺃَﺣْﺴَﻦِ ﺗَﻘْﻮِﻳْﻢٍ، ﺛُﻢَّ ﺭَﺩَﺩْﻧَﺎﻩُ ﺃَﺳْﻔَﻞَ ﺳَﺎﻓِﻠِﻴْﻦَ، ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﻭَﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﺍﻟﺼَّﺎﻟِﺤَﺎﺕِ ﻓَﻠَﻬُﻢْ ﺃَﺟْﺮٌ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻤْﻨُﻮْﻥٍ .
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. QS at-Tiin[95]: 4-6.

Dan firman-Nya:
ﻓَﻤَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞْ ﻣِﺜْﻘَﺎﻝَ ﺫَﺭَّﺓٍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳَﺮَﻩُ، ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﻌْﻤَﻞْ ﻣِﺜْﻘَﺎﻝَ ﺫَﺭَّﺓٍ ﺷَﺮًّﺍ ﻳَﺮَﻩُ .
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. QS az-Zalzalah[99]: 7-8.

CINTA KEDUA
Kedua; cinta sebagai indikasi dari eksistensi iman.
Cinta jenis ini adalah cinta hakiki (sejati) yang abadi, dan hukumnya adalah wajib (fardlu) atas kaum muslim Aswaja. Yaitu cinta seorang hamba kepada Allah swt dan Rasul-Nya saw. Cintanya hamba kepada Allah dan Rasul-Nya itu bukan karena keduanya memiliki wajah ganteng atau tampan, kerena disamping hamba itu belum melihat wajah keduanya, juga cinta berdasar wajah ganteng dan tampan itu tergolong cinta jenis pertama, yaitu cinta syahwat sebagai indikasi dari naluri seksual. Jadi ketika seorang hamba mencintai Allah dan Rasul-Nya hanya karena ganteng dan tampan wajahnya, maka ia terjerumus kedalam cinta yang dilarang. Ketika hamba itu laki-laki, maka ia tergolong seorang hamo. Sedang kalau hamba itu perempuan yang belum bersuami, maka cintanya adalah syahwat semata, tetapi ketika ia sudah bersuami, maka disamping syahwat, juga tergolong cinta selingkuh, yakni cinta segi tiga. Ini terkait cinta kepada Rasul-Nya saja bagi orang yang telah melihatnya meskipun dalam mimpi.

Oleh karena itu, terkait cinta jenis kedua ini, al-Azhariy berkata:
ﻣَﺤَﺒَّﺔُ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪِ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﺗَﻌْﻨِﻲ ﻃَﺎﻋَﺘَﻪُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻭَﺍﺗِّﺒَﺎﻋَﻪُ ﺃَﻣْﺮَﻫُﻤَﺎ .
“Cintanya hamba kepada Allah dan Rasul-Nya itu berarti taatnya hamba kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengikuti perintah keduanya”.

Dan al-Badlawiy berkata:
ﺍَﻟْﻤَﺤَﺒَﺔُ ﺇِﺭَﺍﺩَﺓُ ﺍﻟﻄَّﺎﻋَﺔِ .
“Cinta adalah kehendak untuk taat (kepada yang dicintai)”.

Dan Ibnu Arofah berkata:
ﺍَﻟْﻤَﺤَﺒَّﺔُ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏِ ﺇِﺭَﺍﺩَﺓُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺊِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺼْﺪٍ ﻟَﻪُ .
“Cinta miturut orang Arab ialah menghendaki sesuatu dengan menuju kepadanya”.

Dan az-Zajaj berkata:
ﻭَﻣَﺤَﺒَّﺔُ ﺍﻟْﺈِﻧْﺴَﺎﻥِ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻃَﺎﻋَﺘُﻪُ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻭَﺭِﺿَﺎﻩُ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻣَﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﺑِﻪِ ﻭَﺁﺗَﻰ ﺑِﻪِ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ .
“Cintanya manusia kepada Allah dan Rasul-Nya ialah taatnya kepada keduanya, dan ridlanya kepada perkara yang telah diperintahkan-Nya dan telah dibawa oleh Rasul-Nya saw”.

Dengan demikian, arti cinta kepada Allah dan Rasul-Nya adalah taat dan mengikutinya, bukan yang digambarkan oleh sebagian orang yang menjurus kepada karakter kaum homo.

Dalam hal cinta hakiki yang abadi ini, Allah swt berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺤِﺒُّﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻓَﺎﺗَّﺒِﻌُﻮْﻧِﻲ ﻳُﺤْﺒِﺒْﻜُﻢُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ، ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻏَﻔُﻮْﺭٌ ﺭَﺣِﻴْﻢٌ .
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”, QS Ali Imron[3]: 31.

Allah swt mengabarkan jika kamu mencintai-Nya, maka kamu harus mengikuti Rasul-Nya. Sedangkan Rasulullah saw diutus oleh Allah swt hanya untuk menyampaikan agama-Nya kepada makhluk-Nya, yaitu dengan menyeru kepada mereka agar beribadah kepada-Nya semata, dengan pengertian ibadah yang luas. Konotasinya, kalau kamu benar-benar mencintai Allah, maka kamu harus menerima dan melaksanakan syariat (agama)-Nya yang telah dibawa oleh Rasul-Nya saw.

Dengan demikian, cinta ini menjadi cinta hakiki yang abadi, karena dengannya cinta dan ampunan dari Allah swt dapat diraih di akhirat kelak, yaitu pahala, rahmat dan ridla-Nya di surga-Nya yang abadi, dan inilah arti cintanya Allah kepada hamba-Nya. Ayat di atas juga telah memeberikan mafhum bahwa mencintai Allah swt itu harus sejalan dengan mencintai Rasul-Nya saw, dengan arti taat dan mengikutinya.

DALIL WAJIBNYA MENCINTAI ALLAH DAN RASULNYA

Dalil-dalil wajibnya mencintai Allah swt dan Rasul-Nya saw:
Allah swt berfirman:
ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺨِﺬُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭْﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻳُﺤِﺒُّﻮْﻧَﻬُﻢْ ﻛَﺤُﺐِّ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮْﺍ ﺃَﺷَﺪُّ ﺣُﺒًّﺎ ﻟﻠﻪِ ...
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…”. QS Al-Baqaroh[2]: 165.

Dan Allah swt berfirman:
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺁﺑَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺃَﺑْﻨَﺎﺅُﻛُﻢْ ﻭَﺇِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻜُﻢْ ﻭَﻋَﺸِﻴْﺮَﺗُﻜُﻢْ ﻭَﺃَﻣْﻮَﺍﻝُ ﺍﻗْﺘَﺮَﻓْﺘُﻤُﻮْﻫَﺎ ﻭَﺗِﺠَﺎﺭَﺓٌ ﺗَﺨْﺸَﻮْﻥَ ﻛَﺴَﺎﺩَﻫَﺎ ﻭَﻣَﺴَﺎﻛِﻦُ ﺗَﺮْﺿَﻮْﻧَﻬَﺎ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻭَﺟِﻬَﺎﺩٍ ﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴْﻠِﻪِ ﻓَﺘَﺮَﺑَّﺼُﻮْﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺄْﺗِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﺄَﻣْﺮِﻩِ ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟْﻘَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻔَﺎﺳِﻘِﻴْﻦَ .
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, istri-istri kamu, kaum keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. QS at-Taubah[9]: 24.

Dan Rasulullah saw bersabda:
ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻦُ ﻋَﺒْﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻛُﻮْﻥَ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻣَﺎﻟِﻪِ ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴْﻦَ .
“Seorang hamba tidak dinamakan beriman sampai aku lebih dicintai kepadanya daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya”. HR Bukhari dan Muslim dari Anas ra.

Dan beliau saw bersabda:
ﺛَﻼَﺙٌ ﻣَﻦْ ﻛُﻦَّ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَﺟَﺪَ ﺣَﻠَﺎﻭَﺓَ ﺍﻟْﺈِﻳْﻤَﺎﻥِ : ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻣِﻤَّﺎ ﺳِﻮَﺍﻫُﻤَﺎ، ﻭَﺃَﻥْ ﻳُﺤِﺐَّ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀَ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺒُّﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﻟﻠﻪِ، ﻭَﺃَﻥْ ﻳَﻜْﺮَﻩَ ﺃَﻥْ ﻳَﻌُﻮْﺩَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜُﻔْﺮِ ﻛَﻤَﺎ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳُﻘْﺬَﻑَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ .
“Tiga karakter yang siapa saja memilikinya, maka ia menemukan manisnya iman; Hamba yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada yang lainnya, hamba yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan hamba yang membenci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia membenci dilemparkan ke dalam api”. HR Bukhari dan Muslim dari Anas ra.

Dan hadits berikut :
ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﺳَﺄَﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔِ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺘَّﻰ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔُ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻣَﺎﺫَﺍ ﺃَﻋْﺪَﺩْﺕَ ﻟَﻬَﺎ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﺎ ﺷَﻴْﺊَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻧِّﻲ ﺃُﺣِﺐُّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺃَﻧْﺖَ ﻣَﻊَ ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺖَ ...
Sesungguhnya ada seorang laki-laki berrtanya kepada Nabi saw tentang kiamat, ia berkata: “Kapankah kiamat itu?”, beliau bersabda: “Apa yang telah kamu persiapkan untuknya?”, ia berkata: “Tidak ada sesuatupun, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya”, lalu beliau bersabda: “Kamu bersama orang yang kamu cintai”.

Dan Abdullah bin Hisyam berkata: “Kami pernah besama Nabi saw, sedang beliau memegang tangan Umar bin Khaththab, lalu Umar berkata: “Wahai Rasulallah, sesungguhnya engka lebih aku cintai daripada segala sesuatu selain diriku”, lalu Nabi saw bersabda:
ﻟَﺎ، ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِّﻩِ، ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﻛُﻮْﻥَ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻚَ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﻋُﻤَﺮُ : ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﺍَﻟْﺂﻥَ، ﻭَﺍﻟﻠﻪِ ﻟَﺄَﻧْﺖَ ﺃَﺣَﺐُّ ﺇِﻟَﻲَّ ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻲ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺍَﻟْﺂﻥَ ﻳَﺎ ﻋُﻤَﺮُ !
“Tidak, demi Tuhan yang diriku berada pada Tangan-Nya, sampai aku lebih kamu cintai daripada dirimu.” Lalu Umar berkata: “Maka sesungguhnya sekarang, demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku.” Lalu Nabi saw bersabda: “Baru sekarang, wahai Umar”. HR Bukhari.

Imam Nawawi rh terkait makna cinta kepada Rasulullah saw dalam syarah muslim telah mengutif dari Abi Sulaiman al-Khaththabi riwayat:
ﻟَﺎ ﺗَﺼْﺪُﻕُ ﻓِﻲ ﺣُﺒِّﻲ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻔْﻨِﻲَ ﻓِﻲ ﻃَﺎﻋَﺘِﻲ ﻧَﻔْﺴَﻚَ، ﻭَﺗُﺆْﺛِﺮَ ﺭِﺿَﺎﻱَ ﻋَﻠَﻰ ﻫَﻮَﺍﻙَ، ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻴْﻪِ ﻫَﻠَﺎﻛُﻚَ .
“Kamu tidak benar dalam mencintaiku sampai kamu merusak diri kamu untuk taat kepadaku, dan memilih ridlaku atas kesenanganmu, meskipun dirimu rusak karenanya”.

AKHIR KALAM :

Sesungguhnya cinta hakiki (sejati) yang abadi adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu taat dan mengikuti Allah dan Rasul-Nya, yakni mengimani, mengamalkan dan mendakwahkan syariat-Nya, yaitu syariat yang telah dibawa oleh Rasul-Nya saw.

Kaum Aswaja, para ulama Aswaja, dan para wali Aswaja, dari para sahabat, para taabi’in dan pengikut mereka sampai hari ini, bahkan sampai menjelang hari kiamat, mereka semua sangat mencintai Allah swt dan Rasul-Nya saw. Sehingga karena cintanya itu, mereka berani kehilangan segala-galanya; orang tuanya, anaknya, istrinya, saudaranya, hartanya, perniagaannya sampai rumahnya. Mereka bersabar berpisah dengan semuanya. Sampai-sampai saking cintanya kepada Allah swt dan Rasul-Nya, mereka berani mengorbankan semuanya. Bukan berarti mereka berbuat zalim terhadap diri dan keluarganya, sebagaimana sangkaan sebagian orang, tetapi mereka terzalimi oleh orang-orang yang zalim sampai kehilangan semuanya, ya hanya karena sangat menyintai Allah dan Rasul-Nya.

Wahai saudara/i ku semua, bisakah anda memberikan cintanya hanya kepada Allah dan Rasul-Nya? Kalau tidak sanggup, maka janganlah menyalahkan orang-orang yang benar-benar menyintai Allah dan Rasul-Nya.

Wallahu a'lam ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...