Langsung ke konten utama

MULTILEVEL PAHALA VS MULTILEVEL DOSA

Bismillahir Rohmaanir Rahiim.
Sesungguhnya, dengan tulisan ini,saya ingin memberi berita gembira kepada hamba-hamba Alloh Ahlussunnah WalJama’ah, para pengemban dakwah menuju rahmat dan ridla-Nya, melalui penerapan syariah-Nya secara sempurna, melalui penegakan Khilafah Islamiyyah sebagai institusi politik Ahlussunnah Wal Jama’ah yang asli dan hakiki, bahwa semua langkah-langkah dan bekas-bekas dakwah mereka, termasuk berbagai karya ilmiyah beserta materi fisik pendukungnya, juga tempat-tempat yang dipakai dan diwaqafkannya, semuanya ditulis oleh Alloh SWT menjadi lembaran-lembaran multilevel pahala yang terus berkembang dan berkembang sebagai tiket memasuki Jannah(surga) tempat rahmat dan ridla-Nya. Dan sebagai peringatan dan ancaman terhadap Ahlu Fir’aun wa Qarun (Afirwaqa) yang sok mengklaim Aswaja, yaitu para pejuang dan pendukung ideologi kapitalisme dan komunisme, yaitu orang-orang yang selama ini memusuhi, menghalangi dan melawan dakwah di atas, dengan langkah-langkah dan bekas-bekas amal perbuatan yang mereka kerjakan, tuliskan dan tinggalkan, lalu diikuti dan dikerjakan oleh orang-orang setelahnya, bahwa semuanya ditulis oleh Alloh SWT menjadi lembaran-lembaran multilevel dosa yangterus berkembang dan berkembang sebagai tiket memasuki Nar (neraka) tempat marah dan murka-Nya.

Yang akan saya sampaikan hanyalah sepenggal dari satu ayat surat Alqur’an yang selalu dibaca dalam berbagai ritual, termasuk berbagai ritual kematian yang selama ini terus dipraktekkan oleh kelompok yang paling mengklaim Aswaja dan paling keras dalam melawan dakwah, yaitu firman Alloh SWT berikut:
ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧُﺤْﻴِﻲ ﺍﻟْﻤَﻮْﺗَﻰ ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ ﻭَﺁَﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ ...
“Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan,…”. QS Yasin [36]: 12.

TAFSIR AYAT

1-Miturut Syaikh Syihabuddin MahmudIbnu Abdulloh al-Husaini al-Alusi RH:
Pertama : Firman AllohSWT, “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati”. Yakni ,sesungguhnya kami akan menghidupkan semua orang mati,yaitu dengan membangkitkannya pada hari kiamat.

Kedua: Firman AllohSWT, “dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan”. Yakni Alloh SWTmenulis semua amal perbuatan mereka semua ketika hidup di dunia, baik yang baik-baik maupun yang buruk-buruk.

Ketiga : Firman Alloh SWT, “dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Yakni bekas-bekas yang ditinggalkan setelah mereka tiada, yaitu, 1) bekas-bekas peninggalan yang baik-baik seperti ilmu yang mereka ajarkan, kitab/buku yang mereka susun, tanah yang mereka waqafkan, bangunan di jalan Alloh yang mereka bangun, dan lain-lain dari macam-macam kebaikan. Dan 2) bekas-bekas peninggalan yang buruk-buruk seperti pembuatan undang-undang yang zalim dan aniaya, penetapan prinsip-prinsip yang buruk dan merusak diantara umat manusia, dan lain-lain dari bermacam keburukan yang telah mereka adakan dan tetapkan bagi orang-orang yang berbuat kerusakan sepeninggal mereka.

Akhroja ...
ﺃﺧﺮﺝ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﺎﺗﻢ ﻋﻦ ﺟﺮﻳﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺒﺠﻠﻲ ﻗﺎﻝ : ‏« ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻯﺎﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻓﻠﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎ ﻭﺃﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻨﺄﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻴﺌﺎً ﻭﻣﻦ ﺳﻦ ﺳﻨﺔ ﺳﻴﺌﺔ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭﻫﺎ ﻭﻭﺯﺭ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻤﺸﻴﺌﺎً ﺛﻢ ﺗﻼ } ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎَ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍْ ﻭَﺀﺍﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ } »
Ibnu Abi Hatim mengeluarkan hadits bahwa Jarir bin Abdulloh al-Bajali berkata: “Rasululloh SAW bersabda: “Barang siapa yang menetapkan sunnah yang baik, maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang-orang yang mengerjakannya setelahnya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa menetapkan sunnah yang buruk, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya setelahnya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.Lalu beliau membaca, “dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”.

'An Anas ...
ﻭﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ : ﻫﺬﺍ ﻓﻲ ﺍﻟﺨﻄﻮ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ ، ﻭﻓﺴﺮ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺍﻵﺛﺎﺭﺑﺎﻟﺨﻄﺄ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻣﻄﻠﻘﺎً ﻟﻤﺎ ﺃﺧﺮﺝ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺯﺍﻕ . ﻭﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ . ﻭﺍﺑﻦ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭ . ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻳﻮﺣﺴﻨﻪ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻥ ﺑﻨﻮ ﺳﻠﻤﺔ ﻓﻲ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻓﺄﺭﺍﺩﻭﺍ ﺃﻥ ﻳﻨﺘﻘﻠﻮﺍﺇﻟﻰ ﻗﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﺄﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : } ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧُﺤْﻰِ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎَﻗَﺪَّﻣُﻮﺍْ ﻭَﺀﺍﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ { ﻓﺪﻋﺎﻫﻢ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ : ﺇﻧﻪ ﻳﻜﺘﺐ ﺁﺛﺎﺭﻛﻤﺜﻢ ﺗﻼ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻵﻳﺔ ﻓﺘﺮﻛﻮﺍ .
Dan dari Anas RA, bahwa ia berkata mengenai ayat tersebut: “Ini terkait langkah (ke masjid) pada hari Jum’at”. Dan sebagian ulama menafsiri kata‘al-aatsaar’ (bekas-bekas) dengan langkah-langkah menuju masjid-masjid secara mutlak, karena ada hadits yang dikeluarkan oleh Abdur Rozaaq, Ibnu Jarir, Ibnu Mundzir dan Tirmidzi dari Abi Sa’id al-Khudri berkata: “Adalah Bani Salamah di suatu daerah dari Madinah, mereka bertujuan pindah ke dekat masjid (Nabawi). Lalu Alloh SWT menurunkan ayat, “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Lalu Rasululloh SAW memanggil mereka dan bersabda: “Sesungguhnya aatsaar(langkah-langkah) kalian itu ditulis”, kemudian beliau membacakan ayat kepada mereka, lalu mereka mengurungkan niatnya”. (Lihat: Tafsir Ruhul Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim wa al-Sab’i al-Matsani [Tafsir al-Luusiy], juz 16,hal. 435, al-Maktabah al-Syamilah).

Miturut Imam Ibnu Katsir RH:
Terkait firman Alloh SWT, “dan bekas-bekasyang mereka tinggalkan”. Terdapat dua pendapat:

Pendapat pertama : Bekas-bekas yang mereka tinggalkan untuk orang-orang setelah mereka. Yakni, (Alloh berfirman:) Kami menulis amal perbuatan yang mereka sendiri telah mengerjakannya, dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan untuk orang-orang setelah mereka, lalu kami membalas mereka atas semuanya, apabila baik maka balasannya baik, dan apabila buruk maka balasannya buruk, karena Rasululloh SAW bersabda:

Man sanna ...
" ﻣَﻦْ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔ ﺣﺴﻨﺔ، ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺃﺟﺮﻫﺎﻭﺃﺟﺮ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ، ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﻮﺭﻫﻢ ﺷﻴﺌًﺎ، ﻭﻣَﻦْ ﺳﻦ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺳﻨﺔﺳﻴﺌﺔ، ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺯﺭﻫﺎ ﻭﻭﺯﺭُ ﻣَﻦْ ﻋﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ، ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ ﺷﻴﺌًﺎ ." ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﺎﺗﻢ
“Barang siapa yang menetapkan dalam Islam sunnah yang baik, maka ia mendapat pahalanya dan pahala orang-orang yang mengerjakannya setelah kepergiannya dengan tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barang siapa menetapkan dalam Islam sunnah yang buruk, maka ia mendapat dosanya dan dosa orang-orang yang mengerjakannya setelah kepergiannya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun”. HR Muslim[1017] dan Ibnu Abi Hatim.

Juga hadits yang lain dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasululloh SAW bersabda:
" ﺇﺫﺍ ﻣﺎﺕ ﺍﺑﻦ ﺁﺩﻡ، ﺍﻧﻘﻄﻊ ﻋﻤﻠﻪ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺛﻼﺙ : ﻣﻦ ﻋﻠﻢ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ، ﺃﻭ ﻭﻟﺪ ﺻﺎﻟﺢ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻪ، ﺃﻭ ﺻﺪﻗﺔ ﺟﺎﺭﻳﺔ ﻣﻦ ﺑﻌﺪﻩ " .
“Ketika anak Adam mati, maka amalnya terputus, kecuali tiga perkara; ilmu yang bermanfaat, anak saleh yang berdoa untuknya, atau sedekah yang mengalir setelah kepergiannya”. HR Muslim [1631].

Wa qaala ...
ﻭﻗﺎﻝ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺍﻟﺜﻮﺭﻱ، ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﻣﺠﺎﻫﺪًﺍ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ : } ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ ﻭَﺁﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ { ﻗﺎﻝ : ﻣﺎﺃﻭﺭﺛﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﻀﻼﻟﺔ .
Dari Sufyan al-Tsauri dari Abu Sa’id, ai berkata: “Aku mendengar Mujahid berkata mengenai firman Alloh, “dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Ia berkata: “Kesesatan yang mereka wariskan”.

Wa qaala ...
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﻟَﻬِﻴﻌَﺔ، ﻋﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺑﻦ ﺩﻳﻨﺎﺭ،ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ : } ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ ﻭَﺁﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ { ﻳﻌﻨﻲ : ﻣﺎﺃﺛﺮﻭﺍ . ﻳﻘﻮﻝ : ﻣﺎ ﺳﻨﻮﺍ ﻣﻦ ﺳﻨﺔ، ﻓﻌﻤﻞ ﺑﻬﺎ ﻗﻮﻡ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﻮﺗﻬﻢ، ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﺧﻴﺮًﺍ ﻓﻠﻪ ﻣﺜﻸﺟﻮﺭﻫﻢ، ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮ ﻣَﻦْ ﻋﻤﻠﻪ ﺷﻴﺌﺎ، ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻧﺖ ﺷﺮًّﺍ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﻭﺯﺍﺭﻫﻢ، ﻭﻻﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﻭﺯﺍﺭ ﻣﻦ ﻋﻤﻠﻪ ﺷﻴﺌًﺎ . ﺫﻛﺮﻫﻤﺎ ﺍﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺣﺎﺗﻢ .
Ibnu Luhaiah berkata dari ‘Atha bin Dinar dari Sa’id bin Jubair, ia berkata mengenai firman Alloh, “dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Yakni “bekas-bekas yang mereka tetapkan”. Ia berkata: “Sunnah yang mereka tetapkan, lalu dikerjakan oleh suatu kaum setelah kepergian mereka. Apabila baik maka ia mendapat seperti pahala mereka tidak mengurangi pahala mereka yang mengerjakannya sedikitpun, dan apabila buruk maka ia mendapat seperti dosa mereka dan tidak mengurangi dosa mereka yang mengerjakannya sedikitpun. Sebagaimana talah dituturkan oleh Ibnu Abi Hatim.
Pendapat pertama ini dipilih oleh al-Baghawi. (Lihat: Tafsir Ma’alimut Tanzil, karya al-Baghawi, juz 8, hal. 9).

Pendapat kedua: Konotasi atsar/aatsaar (bekas-bekas) adalah langkah-langkah mereka menuju taat atau maksiat. Ini adalah pendapat Mujahid, Hasan al-Bashri, dan Qatadah sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abi Najih dan lainnya.

Qaala...
ﻗﺎﻝ ﻗﺘﺎﺩﺓ : ﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣُﻐﻔﻼﺷﻴﺌًﺎ ﻣﻦ ﺷﺄﻧﻚ ﻳﺎ ﺑﻦ ﺁﺩﻡ، ﺃﻏﻔﻞ ﻣﺎ ﺗﻌﻔﻲ ﺍﻟﺮﻳﺎﺡ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﺛﺎﺭ، ﻭﻟﻜﻦ ﺃﺣﺼﻰ ﻋﻠﻰ ﺍﺑﻨﺂﺩﻡ ﺃﺛﺮﻩ ﻭﻋﻤﻠﻪ ﻛﻠﻪ، ﺣﺘﻰ ﺃﺣﺼﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻷﺛﺮ ﻓﻴﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﻦ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﻣﻦ ﻣﻌﺼﻴﺘﻪ، ﻓﻤﻨﺎﺳﺘﻄﺎﻉ ﻣﻨﻜﻢ ﺃﻥ ﻳﻜﺘﺐ ﺃﺛﺮﻩ ﻓﻲ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ، ﻓﻠﻴﻔﻌﻞ .
Imam Qatadah berkata: “Wahai anak Adam, seandainya Alloh SWT melupakan sesuatu dari urusanmu, maka Dia melupakan langkah-langkah yang terhapus oleh angin. Akan tetapi Dia menghitung semua langkah dan amal perbuatan anak Adam. Sehingga Dia menghitung langkah ini, baik langkah menuju taat kepada Alloh atau menuju maksiat kepada-Nya. Oleh karenanya, siapa saja diantara kalian yang mampu untuk ditulis langkahnya menuju taat kepada Alloh, maka kerjakanlah!”

Sesungguhnya telah datang sejumlah hadits terkait konotasi dari pendapat kedua ini:

Hadits Pertama:
ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺎﻝ : ﺧﻠﺖ ﺍﻟﺒﻘﺎﻋﺤﻮﻝ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻓﺄﺭﺍﺩ ﺑﻨﻮ ﺳﻠﻤﺔ ﺃﻥ ﻳﻨﺘﻘﻠﻮﺍ ﻗﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻓﺒﻠﻎ ﺫﻟﻚ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻬﻌﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻓﻘﺎﻝ ﻟﻬﻢ : " ﺇﻧﻪ ﺑﻠﻐﻨﻲ ﺃﻧﻜﻢ ﺗﺮﻳﺪﻭﻥ ﺃﻥ ﺗﻨﺘﻘﻠﻮﺍ ﻗﺮﺏ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ." ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻧﻌﻢ، ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ، ﻗﺪ ﺃﺭﺩﻧﺎ ﺫﻟﻚ . ﻓﻘﺎﻝ : " ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ﺳﻠﻤﺔ، ﺩﻳﺎﺭﻛﻢ ﺗﻜﺘﺒﺂﺛﺎﺭﻛﻢ، ﺩﻳﺎﺭﻛﻢ ﺗﻜﺘﺐ ﺁﺛﺎﺭﻛﻢ ." ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭ ﻣﺴﻠﻢ .
Jabir bin Abdulloh berkata: “Tanah di sekitar masjid Nabawi kosong, lalu Bani Salamah bertujuan pindah ke dekat masjid. Lalu hal itu sampai kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda kepada mereka: “Sesungguhnya telah sampai kepadaku bahwa kamu hendak berpindah ke dekat masjid”, mereka berkata: “Benar, wahai Rasululloh, kami menghendaki itu”. Lalu beliau bersabda: “Hai Bani Salamah, tetaplah dirumah-rumah kalian maka langkah kalian ditulis, tetaplah di rumah-rumah kalian maka langkah kalian ditulis!”. HR Ahmad [al-Musnad, 3/332] dan Muslim [665]dari Jabir bin Abdulloh.

Hadits kedua:
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻧﺖ ﺑﻨﻮﺳﻠَﻤﺔ ﻓﻲ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ، ﻓﺄﺭﺍﺩﻭﺍ ﺃﻥ ﻳﻨﺘﻘﻠﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﻗﺮﻳﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻓﻨﺰﻟﺖ : } ﺇِﻧَّﺎ ﻧَﺤْﻦُ ﻧُﺤْﻴِﻲ ﺍﻟْﻤَﻮْﺗَﻰ ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎ ﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ ﻭَﺁﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ { ﻓﻘﺎﻟﻠﻬﻢ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : " ﺇﻥ ﺁﺛﺎﺭﻛﻢ ﺗُﻜْﺘﺐُ ." ﻓﻠﻢ ﻳﻨﺘﻘﻠﻮﺍ .
Abu Sa’id al-Khudri berkata: : “Adalah Bani Salamah di suatu daerah dari Madinah bertujuan pindah ke dekat masjid (Nabawi). Lalu Alloh SWT menurunkan ayat, “Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Lalu Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya langkah-langkah kalian ditulis”. Lalu mereka tidak jadi pindah”. HR Ibnu Abi Hatim.

Hadits ketiga:
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻧﺖ ﺍﻷﻧﺼﺎﺭ ﺑﻌﻴﺪﺓﻣﻨﺎﺯﻟﻬﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻓﺄﺭﺍﺩﻭﺍ ﺃﻥ ﻳﺘﺤﻮﻟﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻓﻨﺰﻟﺖ : } ﻭَﻧَﻜْﺘُﺐُ ﻣَﺎﻗَﺪَّﻣُﻮﺍ ﻭَﺁﺛَﺎﺭَﻫُﻢْ { ﻓﺜﺒﺘﻮﺍ ﻓﻲ ﻣﻨﺎﺯﻟﻬﻢ . ﻭﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻄﺒﺮﺍﻧﻲ
Ibnu Abbas RA berkata: “Adalah rumah-rumah sahabat Anshar jauh dari masjid, lalu mereka bertujuan pindah ke dekat masjid, lalu turun ayat, “dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. Lalu mereka tetap di rumah-rumahnya”. HR Thabrani [al-Mu’jam al-Kabir, juz 12, hal. 8].

Hadits keempat:
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﻗﺎﻝ : ﺗﻮﻓﻲ ﺭﺟﻠﺒﺎﻟﻤﺪﻳﻨﺔ، ﻓﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻗﺎﻝ : " ﻳﺎ ﻟﻴﺘﻪ ﻣﺎﺕ ﻓﻲ ﻏﻴﺮﻣﻮﻟﺪﻩ ." ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻟﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻮﺳﻠﻢ : " ﺇﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﺫﺍ ﺗﻮﻓﻲ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻣﻮﻟﺪﻩ، ﻗِﻴﺲ ﻟﻪ ﻣﻦ ﻣﻮﻟﺪﻩ ﺇﻟﻰ ﻣﻨﻘﻄﻊ ﺃﺛﺮﻩ ﻓﻴﺎﻟﺠﻨﺔ ." ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ
Abdulloh bin Amr berkata: “Seorang laki-laki wafat di Madinah lalu Nabi SAW menshalatinya dan bersabda:“Mudah-mudahan ia wafat di luar tempat lahirnya”. Lalu seorang laki-laki di antara mereka berkata: “Kenapa, wahai Rasululloh?”. Rasululloh SAW bersabda:“Sesungguhnya seorang laki-laki ketika ia wafat di luar tempat lahirnya, maka diukur baginya dari tempat lahirnya sampai langkahnya yang terakhir (tempat) disurga”. HR Ahmad.

Wa qaala...
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺟﺮﻳﺮ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﺣﻤﻴﺪ، ﺣﺪﺛﻨﺎﺃﺑﻮ ﺗُﻤَﻴْﻠَﺔَ، ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ، ﻋﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﻗﺎﻝ : ﻣﺸﻴﺖ ﻣﻊ ﺃﻧﺲ ﻓﺄﺳﺮﻋﺖ ﺍﻟﻤﺸﻲ، ﻓﺄﺧﺬ ﺑﻴﺪﻳﻔﻤﺸﻴﻨﺎ ﺭﻭﻳﺪًﺍ، ﻓﻠﻤﺎ ﻗﻀﻴﻨﺎ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻗﺎﻝ ﺃﻧﺲ : ﻣﺸﻴﺖ ﻣﻊ ﺯﻳﺪ ﺑﻦ ﺛﺎﺑﺖ ﻓﺄﺳﺮﻋﺖ ﺍﻟﻤﺸﻲ،ﻓﻘﺎﻝ : ﻳﺎ ﺃﻧﺲ، ﺃﻣﺎ ﺷَﻌَﺮْﺕَ ﺃﻥ ﺍﻵﺛﺎﺭ ﺗﻜﺘﺐ؟ ﺃﻣﺎ ﺷَﻌَﺮْﺕَ ﺃﻥ ﺍﻵﺛﺎﺭ ﺗﻜﺘﺐ؟ .
Dan Ibnu Jarir berkata: “Ibnu Hamid bercerita kepada kami, Abu Tumailah bercerita kepada kami, Hasan Bashri bercerita kepada kami, bahwa Tsabit berkata: “Aku pernah berjalan bersama Anas, lalu aku berjalan cepat, lalu Anas memegang tanganku sehingga kami berjalan pelan-pelan. Lalu setelah kami merampungkan shalat, maka Anas berkata: “Aku pernah berjalan bersama Zaid bin Tsabit, lalu aku berjalan cepat, lalu ia berkata: “Hai Anas, apakah kamu tidak mengerti kalau langkah itu ditulis?, apakah kamu tidak mengerti kalau langkah itu ditulis?”. (Tafsir al-Thabari, 22/100).

Pendapat kedua ini tidak kontradiksi dengan pendapat pertama, tetapi justru menjadi peringatan dan petunjuk bahwa pendapat pertama lebih utama dan lebih layak. Karena ketika langkah-langkah (menuju kebaikan dan keburukan) itu ditulis, maka bekas-bekas peninggalan yang mengandung kebaikan dan keburukan yang diikuti oleh orang-orang setelah mereka itu lebih utama untuk ditulis. Wallohu a’lam. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, juz 6, hal. 565, 566, 567, 568, Maktabah Syamilah keluaran kedua). Wallohu a'lam.

MULTILEVEL PAHALA ADALAH BISNIS KAUM ASWAJA

MULTILEVEL DOSA ADALAH BISNIS KAUM AFIRWAQA

MAKA JANGAN PERCAYA, KETIKA ADA SESEORANG MENGKLAIM ASWAJA, TETAPI MELAKUKAN BISNIS MULTILEVEL DOSA, IA ADALAH PENDUSTA YANG HENDAK MENJERUMUSKAN ANDA, MAKA BERHATI-HATILAH TERHADAPNYA!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...