Langsung ke konten utama

TIDAK ADA AMANAH DALAM DEMOKRASI

DI DALAM SISTEM DEMOKRASI TIDAK AKAN ADA PEMIMPIN YANG AMANAH!

Sesungguhnya amanah itu terkait erat dengan penerapan hukum Allah dan dengan adil dalam menerapkannya kepada hamba-hambaNya.

Sekarang perhatikan firman Allah berikut:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻳَﺄْﻣُﺮُﻛُﻢْ ﺃَﻥ ﺗُﺆﺩُّﻭﺍْ ﺍﻷَﻣَﺎﻧَﺎﺕِ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻫْﻠِﻬَﺎ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺣَﻜَﻤْﺘُﻢ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﻥ ﺗَﺤْﻜُﻤُﻮﺍْ ﺑِﺎﻟْﻌَﺪْﻝِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻧِﻌِﻤَّﺎ ﻳَﻌِﻈُﻜُﻢ ﺑِﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﺳَﻤِﻴﻌﺎً ﺑَﺼِﻴﺮﺍً

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS An-Nisa [4]: 58):

Pada ayat di atas Allah tlh menyuruh dgn dua perkara yg saling terkait;
1) Allah menyuruh menyampaikan amanah kepada yg berhak menerimanya,
2) dan menyuruh menetapkan hukum di antara manusia dengan adil.

Jadi amanah itu memiliki dua sisi yang saling terkait sebagaimana dua sisi koin, yaitu terkait dgn hak Allah dan hak hamba Allah. Oleh karenanya, definisi amanah yg terpilih adalah (lihat Taesierul Khallaaq, kitab kecil yg banyak dikaji di berbagai pondok pesantren):

Melaksanakan hak-hak Allah (alqiyam bihuquqillahi) dan melaksanakan hak-hak hamba-hamba Allah (walqiyam bihuquqi 'ibadihi).

Melaksanakan hak-hak Allah adalah seperti beribadah kepadaNya dgn ikhlas dan tanpa syirik. Dan menerapkan hukum-hukumNya dalam kehidupan, bermasyarakat dan bernegara, juga dgn ikhlas dan tanpa syirik , yakni tanpa menyekutukan hukumNya dgn hukum produk manusia dewan thaghut terlaknat.

melaksanakan hak-hak hamba-hamba Allah adalah seperti menepati janji dgn mrk (termasu janji muluk ketika kampanye), mengembalikan barang titipan dan pinjaman, termasuk mengembalikan hutang, dan memberikan hak-hak seluruh rakyat tanpa ada kecurangan dan kezaliman, dll.

Dan terkait melaksanakan hak-hak hamba-hamba Allah, Rasulullah Saw bersabda:
ﺁﻳَﺔُ ﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻖِ ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﺪَّﺙَ ﻛَﺬَﺏَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻭَﻋَﺪَ ﺃَﺧْﻠَﻒَ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺍﺅْﺗُﻤِﻦَ ﺧَﺎﻥَ

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara, ia berbohong; jika berjanji, ia ingkar; dan jika diberi amanah, ia berkhianat” (Muttafaq Alaihi). Dalam riwayat lain ditambahkan; “Walaupun ia berpuasa dan shalat serta mengklaim dirinya muslim.”

Pada hadis di atas sangat jelas dinyatakan, "jika diberi amanah, ia berkhianat”. Artinya, jika ia diberi amanah dari rakyat untuk menjadi pemimpin, maka ia berkhianat dgn tdk menerapkan hukum Allah untuk memutuskan perkara di antara mereka, atau dlm memutuskan perkara, disamping tdk dgn hukum Allah, ia juga condong kepada orang yg salah dan zalim. Maka tlh terjadi khianat dua kali.

DENGAN MEMAHAMI FAKTA AMANAH DAN KHIANAT, JUGA FAKTA PARA PENGUASA DALAM SISTEM DEMOKRASI, MAKA MUSTAHIL ADA PENGUASA AMANAH DI DALAM SISTEM DEMOKRASI.

Alasan mendasarnya, karena para penguasa di dalam sistem pemerintahan demokrasi, semuanya dipilih, diangkat dan dilantik hanya untuk menerapkan undang-undang dan hukum-hukum produk manusia dewan thaghut (tandingan-tandingan Allah dlm membuat dan menetapkan hukum) terlaknat, karena mereka adalah syetan-syetan dari jenis manusia.

SAATNYA CAMPAKKAN DEMOKRASI DAN TEGAKKAN KHILAFAH ROSYIDAH!

Wallahu a'lam bishshawwab ...

Anda setuju, tinggalkan jejak dan sebarluaskan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...