Langsung ke konten utama

IDENTIFIKASI TERHADAP FAKTA SERTA REALITA ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Sedangkan pendapat ulama yang mengatakan bahwa ASWAJA adalah mereka yang dalam bidang fikih mengikuti madzhab empat; Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'iy dan Imam Ahmad. Di bidang tashawuf mengikuti Imam Junaidi al-Baghdady dan Imam Ghazali. Dan di bidang tauhid mengikuti Imam Abul Hasan al-Asy'ary dan Abu Manshur al-Maturidy. Andaikan benar, maka pendapat ulama tersebut harus diposisikan pada posisinya, tidak boleh dimakan mentah-mentah dan tidak boleh diposisikan tidak pada posisinya, karena dapat menimbulkan fitnah dan kezaliman yang sangat dilarang oleh doktrin ASWAJA, yaitu syari'at Ialam.

Tidak dimakan mentah-mentah artinya harus dicermati dan dipahami sebagai Tahqiqul Manath (identifikasi terhadap fakta dan realita) bahwa pada masa itu kaum muslim yang dianggap meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan sunah Nabi Muhammad saw dan sunah Shahabat, termasuk sunah dalam politik, dan yang tidak melakukan penyimpangan dan bid’ah terhadap sunah terkait adalah tiga kelompok tersebut di atas. Oleh karena itu telah diklaim bahwa kelompok itulah yang layak disebut sebagai ASWAJA. Jadi masalahnya adalah masalah Tahqiqul Manath , yakni Tahqiqu Manathil Hukmi .

Sedang arti diposisikan pada posisinya adalah diposisikan hanya sebagai pendapat ulama, bukan sebagai dalil syara'. Sedangkan arti tidak boleh diposisikan tidak pada posisinya adalah tidak dijadikan dalil untuk menghukumi kelompok yang tidak sependapat dengan dirinya, sebagai kolompok yang salah atau sesat. Kita harus memposisikan pendapat ulama sebagaimana perkataan Imam Mujahid dan Imam 'Atha;
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻋﻦ ﻣﺠﺎﻫﺪ ﻭﻋﻄﺎﺀ ﺃﻧﻬﻤﺎ ﻛﺎﻧﺎ ﻳﻘﻮﻻﻥ : ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﺇِﻻَّ ﻭَﻣَﺄْﺧُﻮْﺫٌ ﻣِﻦْ ﻛَﻠَﺎﻣِﻪِ ﻭَﻣَﺮْﺩُﻭْﺩٌ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇﻻّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
Imam Baihaqi telah meriwayatkan dari Imam Mujahid dan Imam 'Atha bahwa beliau berdua telah berkata: "Tidak ada seorangpun kecuali pendapatnya boleh diambil dan boleh ditolak kecuali Rasulullah saw".

ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡُ ﻣﺎﻟﻚٌ : ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪٍ ﺇِﻻّ ﻳُﺆْﺧَﺬُ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻟِﻪِ ﻭﻳُﺘْﺮَﻙُ ﺇِﻻّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
Dan Imam Malik berkata: "Tidak ada seorangpun keculai perkataannya boleh diambil dan boleh ditinggal, kecuali Rasulullah saw".

Jadi yang harus dan wajib menjadi dalil untuk menentukan siapa sebenarnya ASWAJA itu adalah sabda Rasulullah saw, yaitu:
" ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ".
"Siapa saja orang yang berpegang teguh (meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan) terhadap sunahku dan sunah para sahabatku", atau sabda Rasulullah saw:
" ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ ".
"Siapa saja orang yang berpegang teguh terhadap sunahku pada hari ini dan sunah para sahabatku". Dan sabda Rasulullah saw:
" ﻓَﻌَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِﻴْﻦَ ".
"Maka berpegang teguhlah kalian terhadap sunahku dan sunah para Khalifah yang memberi petunjuk dan yang mendapat petunjuk".

Para Imam yang empat, Imam Abul Hasan Asy'ari serta Imam Abu Manshur Maturidi, dan Imam Junaid serta Imam Ghazali, mereka telah mendapat gelar sebagai ulama ASWAJA itu bukan karena zatiyah mereka, tetapi hanya karena telah berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah saw dan sunnah para sahabatnya. Jadi yang menjadi dalil dan standar juga patokan adalah sunnah itu. Maka siapa saja yang berpegang teguh terhadap sunnah itu, maka ia adalah ASWAJA dan kedudukannya sama dengan para Imam di atas, meskipun tidak taklid kepada mereka. Sebab problem yang menimpa Islam dan kaum muslim selalu berubah dan berganti. Problem Islam dan kaum muslim saat ini adalah serangan ide, pemikiran, hukum dan sistem yang bersumber dari ideologi komunisme dan ideolgi kapitalisme seperti tersebut di atas, yaitu ideologi orang atheis dan orang kafir yang sangat berbahaya terhadap Islam dan kaum muslim, dan berbagai kerusakan di dunia yang terjadi saat ini adalah dampak dari penerapan kedua ideologi itu. Sehingga doktrin ASAWAJA dari para imam terdahulu tidak mampu lagi untuk menjawabnya.
Sedang yang bisa menjawabnya adalah doktrin ASWAJA yang datang dari Rasulullah saw, yang bersumber langsung dari Qur'an dan Sunah, seperti halnya ketika kita mau membuat getuk, maka harus kembali kepada telonya, bukan kembali kepada tape atau krupuk telonya.

Berarti kaum muslim itu selalu membutuhkan mujtahid dan di dunia ini selalu ada mujtahid. Maka di sinilah posisi Syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani (cucu dari Syaikh Yusuf An-Nabhani termasuk Ulama ASWAJA, yaitu mushanif kitab Karomatul Auliya dan kitab Syawahidul Haqq dll.) dengan Hizbut Tahrirnya. Beliau tampil sebagai mujtahid untuk memurnikan serta menjernihkan sunnah Rasulullah saw dan sunnah para Khalifah yang empat. Yaitu sunnah dalam bidang ketata kenegaraan, sunah dalam bidang ideologi sebagai gabungan dari ide dan metode, dan sunah sebagai doktrin politik ASWAJA. Jadi gempuran terhadap Islam dan kaum muslim dari idelogi komunisme dan kapitalisme yang atheis dan yang kafir itu harus dihadapi dengan ideologi pula, yaitu ideologi Islam. Dan karena sumbernya sama-sama dari sunnah nabi dan sunnah shahabat, maka hasilnyapun sama seperti yang telah dicapai oleh empat Imam madzhab, oleh Imam Junaidi dan Imam Ghazali, dan oleh Imam Asy'ari dan Maturidi, yaitu bahwa negara khilafah adalah fardhu atau wajib, dan kaum muslim wajib atau fardhu memiliki kholifah atau imam a'zham. Tidak seperti kelompok lain yang terus menolak dan menggembosi perjuangan menuju tegaknya doktrin politik ASWAJA, padahal mereka telah mengklaim paling ASWAJA. Ini yang salah manusianya apa dalilnya.

Lagipula klaim tertutupnya pintu ijtihad dan tidak bolehnya bertaklid kepada selain Empat Imam (Abu Hanifah, Malik, Syafi'iy dan Ahmad) adalah datang dari Imam Qafal dan klaim ijmak dari Ibnu Shalah , bukan datang dari Empat Imam. Empat imam itu tidak pernah melarang ijtihad dan tidak pernah melarang taklid kepada selain mereka. Jadi yang harus diikuti adalah Empat Imam madzhab ini, bukan Imam Qafal dan Ibnu Shalah. Jadi benar kita tidak boleh taklid kepada selain Empat Imam, termasuk kita tidak boleh taklid kepada Imam Qafal dan Ibnu Shalah, karena keduanya itu bukan salah satu dari empat imam.

Sedangkan klaim sebagian orang bahwasanya tidak mungkin ada mujtahij seperti Aimatul Arba'ah atau seperti Imam Syafi'iy dari sisi ilmu dan ketajaman istinbathnya, maka klaim ini mengandung tiga kesalahan yang sangat fatal:

Pertama ; buruk sangka kepada Allah, karena Tuhan yang telah menciptakan manusia sejak dari Nabi Adam sampai sekarang adalah Tuhan yang satu, yaitu Allah, bukan Tuhan yang lain. Jadi kalau Allah mampu menciptakan dan membimbing orang sepeti Imam Syafi'iy pada abad kedua sampai ketiga hijriyah, begitu pula Allah mampu menciptakan dan membimbing orang seperti Imam Syafi'iy, bahkan yang lebih alim dan lebih tajam istinbathnya dari Imam Syafi'iy, karena Allah itu 'ala kulli syaiin qadir (mampu melakukan apa saja). Sedangkan buruk sangka kepada Allah adalah keyakinan orang atheis dan orang kafir.

Kedua; buruk sangka kepada sesama muslim. Menganggap semua orang muslim itu bodoh dan tidak mampu ijtihad, karena yang menjadi ukuran adalah dirinya yang bodoh dan yang tidak mampu ijtihad, lalu menganggap orang lain sama dengan dirinya. Padahal di dunia ini semuanya berjodoh-jodohan ada siang ada malam, ada gelap ada terang, dan kalau ada yang paling bodoh pasti ada yang paling alim. Semuanya itu mudah bagi Allah swt. Sedang buruk sangka kepada sesama muslim dan baik sangka kepada orang atheis dan orang kafir adalah termasuk indikasi orang munafik .

Dan ketiga ; termasuk pengkultusan terhadap seseorang dengan menganggapnya yang paling alim, paling tajam istinbathnya dan paling suci jiwanya, tidak ada orang lain yang seperti dia. Dan ini juga yang disebut dengan fanatic negative yang mendorong pelakunya berkarakter sombong, karena hakekat sombong adalah menolak perkara yang benar dan meremehkan manusia.

Rasulullah saw bersabda:
ﺍَﻟْﻜِﺒْﺮُ ﻣِﻦْ ﺑَﻄَﺮِ ﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻏَﻤْﻂِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ . ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ .
"Sombong itu menolak perkara yang benar dan meremehkan manusia".

Sampai-sampai ada K.H. yang termasuk Kyai Khash, ketika mendapat kunjungan dari DPP HTI dan mendapat hadiah sejumlah kitab Hizbut Tahrir, kemudian setelah beberapa minggu ada seorang pendukung HTI bertanya kepadanya: "Kyai apa benar sampaian telah dikunjungi DPP HTI dari Jakarta dan mendapat hadiah sejumlah kitab?", K.H. itu menjawab: "Ya kalau perlu kitab-kitab itu akan saya bakar!". Subhanallah! Inikah akhlak orang yang panatik kepada Aimmatul Arba'ah. Inikah akhlak orang yang mengklaim paling ASWAJA!? Mungkin karena kitab-kitab Hizbut Tahrir dianggap tidak mu'tabaroh, karena standar mu'tabarah mereka adalah kitab-kitab yang berapiliasi kepada Empat Imam dan para pengikutnya. Padahal standar ini sangat rancu, di samping karena kitab-kitab dari selain mereka termasuk kitab-kitab Hizbut Tahrir sudah mudawannah (terbukukan), juga karena sangat mudah bagi orang yang jahat terhadap Islam dan kaum muslim untuk merekayasa, berbohong, memitnah dan memprovokasi, hanya dengan mengaku sebagai syafi'iyyah kitab-kitabnya langsung diterima tanpa dikoreksi atau ditabayyun terlebuh dahulu. Saya tidak merekayasa, karena ada buktinya dan siapa saja bisa membuktikannya, yaitu kitab-kitab yang ditulis oleh Abdullah Harori, seperti kitab Gharoh Imaniyyah yang langsung dipercaya dan menjadi rujukan dikalangan pondok pesantren, padahal kitab itu penuh dengan rekayasa dan kebohongan, juga kitabnya yang membongkar kesesatan Ibnu Taimiyyah (fi Kasyfi Dhalalah Ibni Taimiyyah) itu penuh rekayasa dan kebohongan. Ini dapat diketahui setelah kita membaca kitab-kitab Hizbut Tahrir dan kitab-kitab Ibnu Taimiyyah terutama kitab Fatawa Ibnu Taimiyyah yang sering dikutip sebagiannya kemudian direkayasa oleh Abdullah Harori. Dan tidak memakai standar kuatnya dalil yang telah disepakati oleh Ulama ASWAJA, yaitu Al-Qur'an, Hadis, Ijmak Sahabat dan Qiyas Syar'iy.

Wallahu A'lam ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...