Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
al-Ustadz Dr. Shalah al-Shawi dalam kitabnya, al-Wajiz fi Fiqh al-Imamah al-‘Uzhmaa atau al-Wajiz fi Fiqh al-Khilafah, juz I, hal. 2:
ﺍﻹﻣﺎﻣﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻐﺔ : ﻣﺼﺪﺭ ﺍﻟﻔﻌﻞ ( ﺃﻡ ) ﻭﺍﻹﻣﺎﻡ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺍﻗﺘﺪﻱ ﺑﻪ، ﻭﻗﺪﻡ ﻓﻲ ﺃﻣﺮ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﻮﺭ، ﻣﺤﻘًﺎ ﺃﻭ ﻣﺒﻄﻼ . ﻓﺎﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻷﺋﻤﺔ، ﻭﺍﻟﺨﻠﻴﻔﺔ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﺮﻋﻴﺔ، ﻭﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺇﻣﺎﻡ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻗﻴﻤﺘﻪ ﻭﺍﻟﻤﺼﻠﺢ ﻟﻪ ، ﻭﺍﻹﻣﺎﻣﺔ ﺇﺫﺍ ﺃﻃﻠﻘﺖ ﺣﻤﻠﺖ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻣﺎﻣﺔ ﺍﻟﻌﻈﻤﻰ، ﻓﻼ ﻳﻮﺻﻒ ﺑﻬﺎ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺇﻻ ﺍﻟﺨﻠﻴﻔﺔ، ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﺃﺭﻳﺪ ﺍﻟﺘﻘﻴﻴﺪ، ﻓﻼﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻹﺿﺎﻓﺔ ﺍﻟﻤﺒﻴﻨﺔ ﻟﻠﻤﺮﺍﺩ ،ﻛﺄﻥ ﻳﻘﺎﻝ : ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﻴﻦ ﺃﻭ ﺇﻣﺎﻡ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ، ﻭﻧﺤﻮﻩ .
“Imamah secara bahasa adalah mashdar (kata kerja) dari fi’il madhi “amma”, sedang imam adalah setiap orang yang dijadikan panutan dalam suatu perkara (urusan), sama saja dia orang yang benar maupun orang yang salah. Nabi SAW adalah imam bagi para imam, khalifah adalah imam bagi rakyat, al-Qur’an adalah imam bagi kaum muslim, dan imam bagi segala perkara adalah nilainya dan yang memperbaikinya. (Lihat: al-Ashfihani, al-Mufradat fi al-Gharib al-Qur’an, hal. 24; Ibn al-Faris, Mu’jam Maqayis al-Lughah, juz I, hal. 28; al-Jauhari, al-Shihah, juz 5, hal. 1865).
Ketika dikatakan imamah, konotasinya adalah imamah ‘uzhmaa (kepemimpinan agung), maka hanya diperuntukan bagi khalifah. Adapun ketika dibatasi, maka harus menjelaskan maksudnya, seperti dikatakan, imam al-muhadditsiin (imam ahli hadits), imam al-fuqaha’ (imam ahli fiqih), dll. (Ibnu Hazem, al-Fashl, juz 4, hal. 60).
Komentar
Posting Komentar