Bismillaahir Rohmaanir Rohiim.
Yg sy kehendaki dgn guru adalah siapa saja yg telah mengajarkan ilmu, baik ilmu agama atau ilmu umum, dan guru agama adalah yg lebih utama. Dan mrk terdiri dari para ulama, masyayikh, kiai, ustadz dan pak guru/tuan guru dll.
Sdg yg sy kehendaki dgn memposisikan guru dgn benar, adalah tdk menjadikan guru sebagai Tuhan yg disembah selain Allah. Menyembah disini bukan berarti rukuk dan sujud kpd guru, tetapi mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya scr mutlak terlepas dari yg benar dan yg salah, yg haq dan yg batil. Artinya menjadikan guru sebagai manusia makshum sprt halnya para rosul.
Ketika turun ayat: "Mrk menjadikn org2 alimnya dan rahib2 mrk sebagai tuhan selain Alloh, dan (juga mrk mempertuhankn) Almasih putra Maryam; padahal mrk hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tdk ada Tuhan (yg berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Alloh dari apa yg mrk persekutukan". (QS 9: 31).
Maka Adiy bin Hatim ra berkata: "Lalu aku berkata, "Sesungguhnya mrk (kaum Yahudi dan Nasrani) tdk menyembah mrk (org2 alim dan rahib2)". Lalu Nabi saw brsabda: "Betul, tetapi mrk (org2 alim dan rahib2) tlh mengharamkan yg halal dan menghalalkan yg haram, lalu mrk (kaum Yahudi dan Nasrani) mengikutinya. Maka itulah penyembahan mrk kpd mrk". (HR Ahmad, Timidzi dan Ibnu Jarir dari Adi bin Hatim).
Ayat di atas berkenaan dgn hal kaum Yahudi dan Nasrani, tetapi sesuatu yg tercela dilakukan oleh mrk, maka ketika dilakukan oleh kaum muslim lebih tercela. Sdg kaedah syara' menegaskn, "Al 'ibroh bi'umuumil lafdzi, laa bikhushuushis sabab/ pelajaran itu terletak pada keumuman kata, tdk pada kekhususan sebab".
Dan jgn sampai kita menyesal di hari kiamat nanti sebagaimana ahli neraka menyesal dan meratap: "Dan mrk berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami tlh menta'ati pemimpin2 dan pembesar2 kami, lalu mrk menyesatkan kami dari jalan (yg benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kpd mrk azab dua kali lipat dan kutuklah mrk dgn kutukan yg besar". (QS 33: 67-68).
Oleh krn itu, kita harus mengamalkan ilmunya saja, bukan mengikuti gurunya saja. Krn ketika kita mengamalkn ilmunya maka kita pasti mengikuti dan menghormat guru, dan ketika kita mengikuti apa kata guru maka tdk tentu mengamalkan ilmu, krn guru itu tdk makshum.
Sdg perkataan Ali bin Abi Thalib ra yg populer, "Aku adalah budak bagi org yg tlh mengajarkn ilmu kpdaku". Ini tdk keliru, krn guru Ali ra adalah Rorul saw sebagai manusia yg makshum.
Kita juga harus memiliki banyak guru, terutama yg beda pemikiran, agar mengerti mana yg haq dan mana yg batil, dan mana yg jujur dan mana yg pendusta, sebagaimana Imam Suyuthi memiliki guru lebih dari dua ratus. Krn ketika kita hanya memiliki satu guru atau lebih tetapi semuanya satu pemikiran, maka kita sulit mengerti ketika dibohongi dan disesatkan oleh guru.
Kata terakhir, Alloh Yg punya agama, Yg punya surga dan neraka, dan Yg punya ilmu. Maka kita harus ta'at dan takut hanya kpd Alloh.
"AMALKANLAH ILMUNYA, DAN JANGAN MENGIKUTI GURUNYA!"
4 Desember 2013 pukul 0:50 · Privasi: Publik
Tambahkan Foto · Simpan · Lainnya
Anda, Ali Wafa dan 118 lainnya menyukai ini.
Lihat komentar sebelumnya…
Fata Durry
ustdz abulwafa monggo sampean jelaskan perbedaan antara ta'at, takdzim, dan taqdis/pengkultusan kpd para guru, kyai, amir, dan ulilamri, agar org yg matanya rabun jadi melek dan bisa membedakan perkara2 itu...
Batal Suka · 6 · Hapus · Laporkan · 7 Desember 2013
Abulwafa Romli
Fata Durry, "ustdz abulwafa monggo sampean jelaskan perbedaan antara ta'at, takdzim, dan taqdis/ pengkultusan kpd para guru, kyai, amir, dan ulilamri, agar org yg matanya rabun jadi melek dan bisa membedakan perkara2 itu...". Jawaban Singkat: 1) taat kpd guru dll adalah boleh ketika terkait yg hukumnya boleh, sunnah ktk trkait yg hukumnya sunnah , makruh ktk trkait yg makruh, wajib ktk terkait yg wajib, dan haram ktk trkait yg haram. 2) takdzim kpd guru dll itu boleh atau sunnah, asalkan ada pada batas2nya, sprt tdk boleh membungkuk yg sampai pada batas rukuk shalat, ini takdzim yg haram, 3) taqdis kpd guru adalah mutlak keharamannya, yaitu meyakini bhw guru tdk mungkin salah dan keliru, atau guru itu makshum sprt halnya para rosul.
Batal Suka · 15 · Sunting · 7 Desember 2013
Fata Durry
mencerahkan!
Suka · Hapus · Laporka
Komentar
Posting Komentar