Langsung ke konten utama

Kritik Khil-Mus (08) TIDAK ADA DALIL MEWAJIBKAN MENEGAKKAN KHILAFAH?

Kritik terbuka atas organisasi Khilafatul Muslimin, ke (08).

Diantara pemikiran menyimpang Khilmus (Khilafatul Muslimin) adalah tertuang dlm perkataan mereka berikut:
"Tidak ada dalil mewajibkan menegakkan Khilafah, yang ada perintah menegakkan Ad dien sebagaimana yang terdapat pada QS.Asy- Syura: 13, seraya iltizam di dalam Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin. Allah Swt berfirman: “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu ber pecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS.Asy Syura:13)

Adapun Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin itu akan berubah menjadi “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah” begitu pula untuk sebutan Imaam menjadi Khalifah setelah Allah menunaikan Janji-Nya sebagaimana yang terdapat pada Qs An Nur 55. Allah Swt berfirman: “Dan Allah telah berjanji kepada orang orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik” (Q.S. An-Nur : 55)

Adapun pendapat-pendapatan tersebut tidak dapat dijadikan Hujjah, karena bertentangan dengan QS Al-Baqarah ayat 30 yang mana Allah berfirman kepada Malaikat-Malaikat-Nya bahwa Dia Allah akan menjadikan seorang Khalifah di muka bumi (yaitu) Nabi Adam, Dan apakah pada saat Allah menciptakan Nabi Adam, Nabi Adam tersebut sudah mempunyai Kekuasaan? Padahal Nabi Adam baru seorang diri baru kemudian Allah menciptakan Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam, Jelas Nabi Adam belum mempunyai kekuasaan namun beliau oleh Allah di sebut “Khalifah” Allah Swt berfirman: “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu berkata kepada para Malaikat: ”Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi “ . Mereka bekata: ’Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ” (QS.Al-Baqarah: 30).

Menurut Ibnu Katsir, Imam Al-Qurthubi dan ulama yang lain telah menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya menegakkan khilafah untuk menyelesaikan dan memutuskan pertentangan antara manusia, menolong orang yang teraniaya, menegakkan hukum Islam, mencegah merajalelanya kejahatan dan masalah- masalah lain yang tidak dapat terselesaikan kecuali dengan adanya imaam (pimpinan).

Berdasarkan fakta sejarah setelah di Tetapinya kembali Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tahun 1953 sebagai wujud “Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah” banyak bermunculan lembaga-lembaga Khilafah yang sifatnya Politik yang mana belum mempunyai kekuasaan sama sekali dan ini menunjukan Nubuwwah Rasulullah terbukti bahwa di akhir zaman sepeninggal beliau akan banyak terangkat beberapa Khalifah. Rasulullah Saw bersabda: “Dahulu Bani Israil senantiasa dipimpin oleh para Nabi, setiap mati seorang Nabi diganti oleh Nabi lainnya dan sesudahku ini tidak ada lagi seorang Nabi dan akan terangkat beberapa khalifah bahkan akan bertambah banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan kepada kami? Beliau bersabda: ”Tepatilah bai’atmu pada yang pertama, maka untuk yang pertama dan berilah kepada mereka haknya, maka sesungguh nya Allah akan menanyakan apa yang digembala kannya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Berdasarkan dalil manakah jika Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah itu di awali dengan kekuasaan? Jika Al Jama’ah atau Khilafah di awali dengan kekuasaan maka pendapat tersebut bukanlah dari Allah dan Rasul-Nya melainkan dari Politik, karena Rasulullah di utus bukan dalam rangka untuk menguasai manusia melainkan untuk beribadah kepada Allah adapun kekuasaan Hak Mutlak Allah dan akan di berikan kepada siapa yang di kehendaki sebagaimana yang terdapat pada QS Ali Imran;26-27 Allah Swt berfirman:

26. Katakanlah (Muhammad), "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS Al Imran 26)

Kekuasaan mutlak milik Allah diamanatkan kepada siapa yang dikehendaki sebagai amanah bukan sebagai kebanggaan. Oleh karenanya tidak perlu diperebutkan. Tidak ada satupun Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk meraih memperebutkan kekuasaan. Rasulullah Saw bersabda : "Sesungguhnya kamu akan memperebutkan kekuasaan, sedang di akhirat menjadi penyesalan". (H.R. Bukhori No.6615 ).

Jika Al Jama’ah atau Jama’ah Muslimin atau Hizbullah atau Khilafah ‘Alaa Minhajin Nubuwwah belum di anugrahi kekuasaan secara Dzahir oleh Allah, Apakah lantas menjadi batal dan tidak sah? Batal menurut siapa dan sah menurut siapa? Asli menurut siapa dan palsu menurut siapa?"

JAWABAN SAYA:

1. Mereka tdk memahami bhw diantara dalil2 yg mewajibkan menegakkan khilafah, adalah dalil2 wajibnya menegakkan agama, krn hukum2 agama (Islam) tdk akan bisa ditegakkan scr sempurna tanpa menegakkan khilafah terlebih dahulu. Ini termasuk "maa laa yatimmu alwaajib illa bihii fahuwa waajibun". Apalagi khilafah sendiri adalah bagian dari hukum agama, krn tlh ditentukan oleh agama.

2. Terkait ayat kekhalifahan Adam as, maka ayat tersebut, sebagaimana pendapat Ibnu Katsir dan Alqurthubi yg mrk sampaikan diatas, adalah dalil wajibnya menegakkan khilafah, tetapi mereka mengatakan bhw menegakkan khilafah tdk ada dalilnya. Ajiib . . .

3. Nabi Adam as ketika turun di Bumi adalah khalifah yg punya wilayah dan punya rakyat, yaitu istrinya, kemudian anak2nya. Krn yg tdk punya wilayah dan rakyat itu ketika masih di surga dan sebelum istrinya diciptakan. Apalagi syariat Adam as itu bkn syariat kita umat Islam, dan kita hanya diperintah mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad Saw.

4. Betul, para nabi dan rosul itu diutus oleh Allah bkn untuk memperebutkan kekuasaan, tapi hanya diperintah untk menegakkan agama, termasuk didalamnya adalah menyeru kpd tauhid dan menegakkan dan menjalankan kekuasaan untuk menjalankan hukum Allah Swt, sebagaimana Nabi Daud dan Nabi kita Saw. Apalagi hadis tentang ambisi kekuasaan dan bhw kekuasaan adalah kekecewaan, adalah bagi sahabat yg lemah sprt Abu Dzar ra, bkn sahabat yg kuat sprt Abu Bakar, Umar dll. Dan hadis itu bkn larangan dari berebut kekuasaan.

5. Janji Allah akan memberi kekuasaan, adalah kpd orang2 yg beriman dan beramal shaleh, yakni beramal shaleh dlm menegakkan kekuasaan/ daulah, yaitu dgn meneladani thariqah dakwah Nabi Saw sblm menegakkan daulah nubuwah di Madinah, yaitu dakwah pemikiran tanpa kekerasan. Krn kekuasan politik itu hanya bisa ditegakkan dgn aktifitas politik.

6. Sdg bukti kepalsuan dan kebatIlan jama'ah/ khilafatul muslimin, mk sdh sy singgung dlm kritik sebelum2nya.
(bersambung . . . )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...