Langsung ke konten utama

SURI TELADAN BAGI KAUM YANG BERIMAN

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Tidak sedikit dari orang-orang yang mengaku beriman serta mengklaim sebagai Ahlussunnah Waljama'ah (Aswaja), dalam kehidupan, bermasyarakat dan bernegara, mereka lebih memilih dan mendahulukan menjadikan para penggagas dan pendiri republik, para penggagas dan pendiri NKRI, Pancasila dan UDD '45, sebagai Suri Teladan yang final dan mutlak wajib diikuti, serta menolak dan menghalang-halangi upaya, gagasan dan solusi lain dalam kehidupan, bermasyarakat dan bernegara.

Padahal sejatinya, berdirinya NKRI serta terbentuknya Pancasila dan UUD '45, hanyalah usaha maksimal dari dan oleh mereka, bukan usaha final dan mutlak yang tdk boleh dirubah dgn yang lebih baik atau dgn yg terbaik.

Kalau benar bahwa kita harus menerima dan menghargai hasil perjuangan mereka, maka bukan berarti membiarkan dan mengokohkan kekurangan dari mereka. Akan tetapi, kita harus meluruskan dan melanjutkan usaha dan perjuangan mereka, untuk menjadikan negeri ini benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan yang ada, dan agar negeri ini menjadi Baldatun Thayyibatun wa Robbun Ghofur. Sehingga kita bisa beribadah kepadaNYA dgn tdk menyekutukanNYA dgn sesuatu dan dgn seseorang, baik dalam hal ibadah mahdlah atau dalam hal membuat dan menetapkan hukum dan undang-undang untuk mengatur kehidupan, masyarakat dan negara.

Selain itu, kita juga tdk boleh menjadi pahlawan kesiangan yang justru menjual jasa dan usaha para pendiri bangsa dan para pahlawan kepada orang-orang asing yang justru merekalah para penjajah itu dari dulu sampai sekarang. Kalau begini, justru kita menjadi pengkhianat yang sangat jahat, krn berkhianat kepada bapak dan kakek kita sendiri, dan berkhianat kepada bangsa dan negara kita sendiri.

SURI TELADAN KITA

Bagi orang yang mengharap rohmat Allah, selamat pada hari kiamat, dan banyak berdzikir kepada Allah Swt, suri teladan yang wajib diikutinya sudah sangat jelas, yaitu Rosululloh Saw. Alloh Swt berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh". (TQS Al Ahzaab ayat 21).

Meskipun sebab turunnya ayat ini terkait mengikuti Rosulullah Saw terkait keteguhan dalam perang, tetapi ibrohnya pada keumuman lafadznya, bukan pada kekhususan sebabnya. Yaitu mengikuti Rosululloh Saw dalam perkataan, perbuatan dan kondisinya, karena belau tdk berkata dan berbuat dari hawa nafsunya, tetapi semua perkataan, perbuatan dan kondisi beliau itu dari Robbnya. (lihat Hasyiyah Ashshawi 'ala Tafsir Aljalalain).

Kita harus husnuzh zhann / berbaik sangka, bahwa para pendiri bangsa dan negara, dan para pahlawan, mayoritas (kalau tdk semua) mereka telah berusaha meneladani Rosulullah Saw dalam usaha dan perjuangan mereka untk menjadikan negeri ini benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan. Meskipun usaha dan perjuangan mereka hanya sampai kepada kemerdekaan dari penjajahan militer. Sedang penjajahan politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama masih terus berlangsung. Ini harus dipahami sebagai usaha dan perjuangn maksimal dari mereka yang harus dilanjutkan oleh generasi setelahnya, bukan usaha dan perjuangan final yang tdk boleh dilanjutkan apalagi dirubah kepada yg lebih baik.

KAPAN NEGERI INI BISA BENAR-BENAR MERDEKA?

Negeri ini (kita) benar-benar bisa merdeka, ketika kita umat Islam sebagai penduduk mayoritas benar-benar bisa beribadah kepada Allah dengan tidak menyekutukan Dia dgn sesuatu dan seseorang. Kita bisa beribadah secara kaffah, dan kita bisa tauhid tdk menyekutukan juga secara kaffah. Kita tdk menyembah manusia, pepohonan, bebatuan, benda-benda yang dianggap keramat dan bertuah, jin dan setan bin Iblis. Kita juga benar2 tauhid tdk syirik dalam hal membuat dan menetapkan hukum dan undang2 yg dibuat untuk mengatur jalannya roda kehidupan, bermasyarakat dan bernegara.

Lalu kapan ini bisa terjadi?
Bisa terjadi, ketika agama Islam dgn syariahnya yg handal dan akidahnya yg memuaskan, ikut berperan dalam mengatur jalannya roda kehidupan, bermasyarakat dan bernegara. Artinya, menjadikan kehidupan, bermasyarakan dan bernegara sebagai bagian yg tak terpisahkan dari agama Islam. Sebagaimana pada masa daulah islamiyah pimpinan Rosulullah dan khilafah rosyidah pimpinan khulafa' rosyidiin mahdiyyin.

Jadi suri teladan kita hanyalah Rosulullah Saw serta para sahabat khulafa' rosyidiin mahdiyyiin, karena belian Nabi Saw sendiri telan menyuruh kita agar berpegang teguh kepada sunnahnya dan sunnah para sahabat khulafa' rosyidiin mahdiyyin. Dan termasuk sunnah itu adalah menjadikan politik pengaturan negara dan pemerintahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari agama Islam.

Karena yang layak menjadi suri teladan dalam kehidupan, bermasyarakat dan bernegara hanyalah jama'ah yang telah sukses dalam usaha dan perjuangannya ntk mencapai kemerdekaan hakiki. Mereka hanyalah generasi pertama kaum muslimiin pimpinan Rosulullah Saw dan sahabat khulafa' rosyidiin mahdiyyin. Ini sangat kontras dgn usaha dn perjuangan para penggagas dan pendiri negara ini yg kandas dan kalah menghadapi kubu non muslim dn nasionalis sekular. Sehingga baru sehari merdeka, Piagam Jakarta telah terhapus. Ini secuil contohnya.

NEGERI INI BENAR-BENAR BISA MERDEKA DARI SEGALA BENTUK PENJAJAHAN KETIKA KHILAFAH ROSYIDAH BENAR-BENAR TELAH TEGAK!
SAATNYA TEGAKKAN KHILAFAH DAN HANCURKAN DEMOKRASI!

Anda setuju, tinggalkan jejak dan sebarluaskan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ULAMA YANG ASWAJA

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim   Al-‘ulama’ secara bahasa ialah bentuk jamak (plural) taksir (yang telah berubah dari huruf asalnya) dari kata al-‘aliim, yaitu orang yang memiliki ilmu, seperti kata al-kariim menjadi al-kuroma’ dan al-amiin menjadi al-umana’. Adapun kata al-‘aalim, maka bentuk jamak taksirnya menjadi al-’allaam, sedang bentuk jamak mudzakarnya (yang menunjukkan arti laki-laki) ialah al-‘aalimuun. Al-‘ulama’ adalah mereka yang memiliki ilmu agama secara khusus, atau mereka yang memiliki ilmu ketuhanan secara khusus. Sedangkan al-‘aalimuun adalah mereka yang memiliki ilmu agama dan ilmu dunia secara umum.   Ulama itu ada dua macam: Ulama akhirat dan ulama dunia.   Pertama: Ulama akhirat   Ulama akhirat adalah ulama shalihun yang mengamalkan ilmunya. Mereka adalah lentera dunia, pewaris Nabi saw dan pewaris nabi-nabi sebelumnya, penerus (khalifah) para nabi, kepercayaan umat dan kepercayaan Allah swt atas makhluknya. Mengenai mereka, Rasulullah saw ...

Idrus Ramli Menantang Debat Abulwafa Romli?! (Ke - 1)

Oleh : BuAhmad Abdulloh NASEHAT TERBUKA UNTUK USTADZ ABULWAFA ROMLI Assalamu’alaikum wr wb. Bismillaahir Rahmaanir Rahiim Menimbang: 1. Setelah ana mengikuti perkembangan tantangan debat terbuka dari kubu M Idrus Ramli ( bukan dari M Idrus Ramli sendiri ) yang disampaikan kepada ustadz Abulwafa Romli melalui jejaring sosial ini, dan setelah hamba membaca dan mempelajari buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan dan Jurus Ampuh Membungkam HTI, dan setelah hamba membaca dan mempelajari berbagai bantahan ustadz Abulwafa Romli terhadap keduanya, yaitu dalam buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 1, bantahan atas buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, dan buku Membongkar Pemikiran Aswaja Topeng 2, edisi Kesalahan Logika Kaum Liberal, dan dalam berbagai tulisannya yang lain. 2. Setelah ana mengenal karakter M Idrus Ramli yang suka (dengan meminjam kalimat ustadz Abulwafa Romli) merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi terhadap Syaikh Taqiyyuddien an-Nabhani dan Hizbut Tahrir yang didirikannya, da...

PERNYATAAN ULAMA ASWAJA TERKAIT IMAM MAHDI

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Al-Hafidz Abul Hasan al-Abari berkata: “Sungguh hadis-hadis terkait akan keluarnya Imam Mahdi telah mencapai mutawatir karena banyak yang meriwayatkannya dari Mushthafa SAW di mana beliau termasuk ahli baitnya, berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi dunia dengan keadilan, akan keluar bersama Nabi Isa AS, lalu Nabi Isa membantunya membunuh Dajjal di pintu lud wilayah Palestina, dan beliau akan memimpin umat Islam, dan Nabi Isa akan shalat di belakangnya”. (Tahdzib al-Tahdzib, juz 9, hal. 144). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Hadits-hadits yang dijadikan hujah atas keluarnya Imam Mahdi adalah hadis-hadis shahih riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad dll.” (Minhajus Sunnah an-Nabawiyyah, juz 4, hal. 95). Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata: “Fasal terkait penjelasan Imam Mahdi yang akan keluar pada akhir zaman. Beliau adalah salah seorang dari al-Khulafa’ ar-Rasyidin dan Para Imam Mahdi. Beliau bukan yang ditunggu-tunggu kedatan...